Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

15 Museum di Solo, Ada yang Tertua di Indonesia Usianya 133 Tahun

KOMPAS.com - Kota Surakarta atau Kota Solo memiliki sejumlah museum yang bisa dikunjungi wisatawan. Museum tersebut memiliki beragam koleksi sesuai dengan tema masing-masing.

Wisatawan yang berkunjung ke Kota Solo bisa mendatangi museum sebagai alternatif destinasi wisata. Selain berwisata, pengunjung museum bisa menambah wawasan dari berbagai koleksi museum.

Berikut 15 museum di Solo seperti dirangkum Kompas.com. Menariknya, salah satu museum merupakan museum tertua di Indonesia yang usianya mencapai 133 tahun.

Keraton Surakarta merupakan ikon wisata Kota Solo. Lokasinya berada di Jalan Kamandungan, Baluwarti, Kecamatan, Pasar Kliwon, Surakarta.

Kompleks Keraton Surakarta terdiri dari beberapa bagian, salah satunya museum. Pengunjung bisa menjumpai koleksi benda-benda peninggalan raja-raja terdahulu seperti senjata kuno, alat kesenian, kereta kencana, topi kebesaran para raja, alat masak abdi dalam, dan lainnya.

Berdasarkan informasi dari laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo, Museum Keraton Surakarta terbagi menjadi dua bangunan utama, yakni di bagian barat dan timur.

Wisatawan bisa mengunjungi Museum Pura Mangkunegaran yang berada di dalam kompleks Istana Mangkunegaran. Tepatnya di bangunan utama bernama Dalem Ageng.

Berdasarkan informasi dari laman resmi Pura Mangkunegaran, museum ini menyimpan koleksi benda-benda bersejarah milik Pura Mangkunegaran yang dikumpulkan sejak 1926. Museum Pura Mangkunegaran dibuka untuk umum pada 1968 dan dikelola oleh Pariwisata Mangkunegaran.

Setiap pengunjung museum akan ditemani oleh seorang pemandu (guide) berkeliling bangunan-bangunan utama. Meliputi, Pendopo Ageng, Pringgitan, Dalem Ageng, Keputren, dan Pracimoyoso.

Sejumlah koleksi di Pura Mangkunegaran antara lain, perhiasan milik raja dan permaisuri berupa anting, cincin, kalung, subang, gelang tangan, gelang bahu, jam, rantai, badong, dan perlengkapan menari. Selain itu, terdapat koleksi senjata seperti pedang, keris, tombak, dan perlengkapan berburu. 

Pengunjung Monumen Pers Nasional dapat melihat sejarah perkembangan pers di Indonesia. Melansir dari laman resminya, museum ini menyimpan benda-benda bersejarah yang terkait pers, seperti koran dan majalah kuno.

Adapula koleksi barang terkait pers, seperti mesin ketik, pemancar radio, kamera, hingga memorabilia sejumlah tokoh wartawan nasional.

Selain koleksi, Monumen Pers Nasional juga memiliki perpustakaan dan ruang baca media cetak atau digital. Perpustakaan berada di lantai dua dan memiliki ribuan koleksi buku, dari sastra hingga referensi.

Sementara, ruang baca media cetak atau digital berada di bagian belakang museum dan menyediakan layanan baca surat kabar atau majalah dari seluruh Indonesia secara gratis.

Di ruang baca ini pula, pengunjung dapat membaca koran atau majalah kuno yang sudah didigitalisasi lewat komputer layar sentuh. Lokasi Monumen Pers Nasional berada di Jalan Gajahmada No.59, Timuran, Kecamatan Banjarsari. 

Di Museum Keris Nusantara, pengunjung bisa melihat 409 koleksi keris berbagai jenis dan ukuran.

Mengutip Kompas.com (13/2/2022), selain keris pengunjung bisa melihat koleksi 38 tombak dan benda-benda pusaka bersejarah lainnya di museum yang diresmikan pada 2017 ini.

Bukan hanya wujud bendanya, pengunjung juga bisa mendapatkan informasi tentang keris dan benda pusak lainnya.

Lokasi Museum Keris Nusantara berada di Jalan Bhayangkara No.2, Sriwedari, Kecamatan Laweyan.

Museum Radya Pustaka adalah sebuah museum tertua di Indonesia yang berdiri sejak 28 Oktober 1890, seperti dikutip dari laman resminya. Jadi, usianya mencapai 133 tahun.

Lokasinya berada di Jalan Slamet Riyadi No.275, Sriwedari, Kecamatan Laweyan.

Museum Radya Pustaka memiliki lebih dari 500 koleksi baik benda maupun pustaka, yang berusia puluhan hingga ratusan tahun. Semua koleksi tersebut terbagi dalam 12 ruangan.

Bangunan museum hampir tidak banyak berubah dari bangunan aslinya. Gedung bergaya arsitektur Belanda masih dipertahankan dengan perpaduan warna khas ala keraton yaitu putih, biru tua, dan kuning emas yang menjadi ciri khas museum ini.

6. Museum Musik Kamsidi 

Pera pencinta musik tidak boleh melewatkan museum yang satu ini, yakni Museum Musik Kamsidi. Pengelolaan museum ini dilakukan Farah Azizzah, cucu dari komponis nasional Kamsidi.

Mengutip laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo, pengunjung  bisa melihat beberapa alat musik antik, artikel dan foto-foto musisi senior di museum ini.

Lokasi Museum Musik Kamsidi berada di Jalan Haryo Panular 28 B Panularan, Laweyan, Solo.

Jika berminat mengunjungi Museum Musik Kamsidi, pengunjung harus melakukan reservasi dulu pada nomor kontak yang tertera di laman Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Solo. 

Museum Astana Oetara berada di kompleks pemakaman Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VI beserta keluarga, kerabat, dan abdi dalemnya.

Pada kompleks pemakanan tersebut, terdapat museum untuk mengenang KGPAA Mangkunegara VI, atau dikenal sebagai Museum Astana Oetara.

Menguti Kompas.com (18/6/2022), KGPAA Mangkunegara VI memimpin antara 1896 hingga 1916. Selama kepemimpinannya, ia berhasil mengembalikan kebangkrutan ekonomi yang dialami Pura Mangkunegaran pada masa sebelumnya.

Kompleks Astana Oetara ditetapkan Pemerintah Kota Surakarta sebagai cagar budaya sejak 2014. Museum Atana Oetara ini cocok untuk wisata religi.

Lokasinya berada di Jalan Nayu, Nusukan, Kecamatan Banjarsari.

8. Museum Lukis Dullah

Museum Lukis Dullah ini merupakan museum privat yang dibuat untuk mengenang pelukis revolusioner yang bernama Dullah, dilansir dari Tribun News Wiki. Museum ini diresmikan pada 1 Agustus 1998 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hasan.

Lokasi Museum Lukis Dullah berada di Jalan Cipto Mangunkusumo No 15 Sriwedari, Laweyan, Solo. Ada ratusan lukisan karya Dullah dari tahun 1939 hingga 1993 yang dipajang.

Terdapat 12 ruangan yang menampilkan karya lukisan berbeda. Namun, untuk ke Museum Lukis Dullah diperlukan reservasi terlebih dulu.

Museum Samanhudi awalnya merupakan rumah produksi batik. Lokasinya berada di Jalan KH Samanhudi No 75, Sondakan, Kecamatan Laweyan.

Museum ini didirikan untuk mengenalkan sejarah batik di Kampung Batik Laweyan kepada wisatawan. Di Museum Samanhudi terdapat foto perjuangan Samanduhi yang merupakan pengusaha batik pendiri Serikat Dagang Islam.

Museum yang kini dikelola oleh Pokdarwis Kelurahan Sondakan. Museum Samanhudi diresmikan pada 22 Agustus 2008 oleh Wali Kota Solo saat itu Joko Widodo (Jokowi).

Museum Universitas Sebelas Maret (UNS) bisa dikunjungi untuk mengetahui sejarah pendirian UNS. Peresmian museum ini dilakukan pada 27 Februari 2017, tepat saat Dies Natalis ke-41 UNS.

Museum UNS ini menyimpan berbagai foto-foto hingga koleksi barang bersejarah UNS antara 1952 hingga 1980. Di antaranya mesin ketik kuno yang digunakan rektor sebelum menjadi kampus UNS, alat olahraga dan piala-piala mulai 1965 hingga 1969.

Lokasi Museum UNS berada di Jalan Ir Sutami No 36A, Kecamatan Jebres.

Museum Bank Indonesia memiliki koleksi perkembangan uang rupiah, berdasarkan informasi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo.

Pengunjung bisa melihat mesin cetak uang antik, mata uang yang dikeluarkan oleh De Javasche Bank, seperti seri wayang, dan lainnya.

Bangunan museum menempati gedung bergaya khas Eropa yang berusia lebih dari 100 tahun. Dulunya, gedung ini dibangun pada 1867 sebagai kantor untuk De Javasche Bank Agentschap Soerakarta.

Lokasi Museum Bank Indonesia berada di Jalan Ronggowarsito Nomor 2, Kampung Baru, Kecamatan Pasar Kliwon.

12. Museum RRI

Museum ini diresmikan bertepatan dengan peringatan HUT ke-68 Radio Republik Indonesia (RRI) atau Hari Radio Nasional, pada 11 September 2013. Lokasinya berada di Jalan Abdul Rahman Saleh No.51, Kestalan, Kecamatan Banjarsari.

Museum RRI didirikan sebagai bentuk penghormatan kepada KGPAA Mangkunegara VII, yang membentuk Solosche Radio Vereeniging (SRV) pada 1 April 1933. SRV adalah cikal bakal dari RRI Solo sekarang.

Ada banyak benda bersejarah dipajang di Museum RRI, seperti radio receiver buatan tahun 1948, alat perekam, pemutar piringan hitam tahun, dan lainnya.

Tumurun Private Museum menghadirkan koleksi karya seni dari maestro berpengalaman hingga seniman muda, seperti dikutip dari laman resminya. Ciri khas dari  Tumurun Private Museum adalah koleksi yang ditampilkan dalam bentuk fisik, di tengah gempuran media digital.

Tumurun Private Museum menyelenggarakan pameran khusus dua kali setahun, dengan menampilkan karya seniman dari seluruh dunia. 

Pengunjung tidak dipungut biaya masuk ke Tumurun Private Museum. Namun, perlu mendaftar online untuk mengunjungi museum di laman tumurunmuseum.org, untuk memilih waktu kunjungan.

Lokasinya berada di Jalan Kebangkitan Nasional No.2, RW.4, Sriwedari, Kecamatan Laweyan.

14. Rumah Heritage Batik Keris

Rumah Heritage Batik Keris dulunya adalah bangunan Omah Lowo. Diberi nama Omah Lowo, atau rumah kelelawar karena bangunan rumah bergaya Eropa ini dulunya tidak dihuni sehingga menjadi sarang kelelawar.

Mengutip Tribun News Wiki, kini bangunan itu sudah direvitalisasi menjadi Rumah Heritage Batik Keris. Setelah direnovasi selama kurang lebih 2,5 tahun, bangunan tersebut telah berubah menjadi bangunan mewah ala Eropa.

Pengunjung bisa melihat koleksi aneka kain batik di Rumah Heritage Batik Keris. Selain itu, pengunjung bisa mempelajari filosofi dari masing-masing motif kain batik.

Museum batik ini didirikan oleh produsen batik Danar Hadi pada 2008. Para pengunjung bisa melihat aneka koleksi batik dari berbagai zaman.

Selain melihat koleksi museum, pengunjung juga bisa belajar tentang batik, mulai dari sejarah, cara pembuatan, dan filosofi dari setiap jenis batik.

Lokasinya berada di Jalan Slamet Riyadi, Nomor 261, Sriwedari, Kecamatan Laweyan.

https://travel.kompas.com/read/2023/02/16/125330627/15-museum-di-solo-ada-yang-tertua-di-indonesia-usianya-133-tahun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke