Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menilik Nisan Soe Hok Gie di Museum Taman Prasasti Jakarta

KOMPAS.com - Museum Taman Prasasti, Jakarta Pusat, dulunya dikenal sebagai kompleks pemakaman Kebon Jahe Kober. Museum ini mengoleksi 993 nisan dari banyak tokoh penting era pemerintahan Hindia Belanda.

Di antaranya nisan H.F. Roll, pendiri STOVIA atau sekolah kedokteran waktu itu, dan nisan Marius Hulswit, perancang Gereja Katedral tahun 1899-1901. 

  • Melihat Peti Jenazah Soekarno dan Hatta di Museum Taman Prasasti
  • 11 Koleksi Budaya Pemakaman di Indonesia di Museum Taman Prasasti

Namun, di antara banyaknya nisan yang ada, ada satu nisan milik seorang aktivis yang meregang nyawa di Puncak Mahameru yakni Soe Hok Gie. 

Nisan Soe Hok Gie (Gie) di Museum Taman Prasasti tampak sederhana. Ukurannya tidak begitu besar bila dibandingkan dengan nisan orang asing lainnya yang umumnya persegi panjang.

Jika dilihat sekilas, mungkin pengunjung akan melewatkannya begitu saja.

Sebuah patung malaikat perempuan tampak berdiri di atas nisan yang hanya bertuliskan nama Soe Hok Gie, tanggal kelahiran, dan tanggal kematiannya, serta kutipan "Nobody knows the troubles I see; nobody knows my sorrow" (tak ada yang mengerti masalah yang saya lihat; tak ada yang mengerti kesedihan saya).

  • Cerita di Balik 20 Nisan di Museum Taman Prasasti Jakarta
  • 4 Fakta Museum Taman Prasasti Jakarta, Bekas Pemakaman Orang Asing

Pemandu Museum Taman Prasasti, Iin mengatakan bahwa nisan asli Soe Hok Gie dulunya tidak memiliki patung malaikat ini.

Sebab, patung malaikat ditambahkan oleh pihak museum, setelah proses penataan selesai dilakukan.

"Nisan itu biar orang tahu kalau di sini dulu pernah dimakamkan Soe Hok Gie, karena dulu Soe Hok Gie memang terkenal ya, aktivis, jadi biar enggak hilangin jejak, nisannya ada di sini," terang Iin kepada Kompas.com, Selasa (14/2/2023).

Soe Hok Gie meninggal saat tengah mendaki Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, akibat menghirup gas beracun. 

Peristiwa itu terjadi pada 16 Desember 1969, hanya berjarak satu hari sebelum hari ulang tahunnya.

Jasad Gie dikebumikan di pemakaman Menteng Pulo, sebelum dipindahkan ke pemakaman Kebon Jahe Kober yang sebetulnya diperuntukkan bagi jenazah orang-orang Belanda masa itu.

  • Sejarah Berdirinya Museum Taman Prasasti, Bekas Makam Kuno Belanda
  • Ada Apa di Museum Taman Prasasti Jakarta?

Sebelum meresmikan kompleks pemakaman tersebut menjadi museum, Gubernur DKI Jakarta waktu itu, Ali Sadikin, memerintahkan pemindahan seluruh jenazah yang ada.

Ada yang dipindahkan ke Tanah Kusir, Menteng Pulo, serta sebagiannya diurus oleh anggota keluarga untuk dikembalikan ke kampung halaman.

Adapun jenazah Soe Hok Gie dibawa ke krematorium untuk dikremasi.

"Dulu beliau dimakamkan memang di sini, cuma ada penataan ulang, jadi tidak tahu lokasi awal nisannya di mana, sudah itu, jenazah Soe Hok Gie dikremasi," jelas Iin.

Kemudian abu jenazah Soe Hok Gie, lanjutnya, ditabur di Lembah Mandalawangi di Gunung Pangrango, Jawa Barat.

Dilaporkan oleh Kompas.com, Senin (17/12/2018), Gunung Pangrango disebut sebagai tempat favorit Soe Hok Gie untuk naik gunung.

Kekagumannya terlihat dari puisi-puisi yang ditulisnya, salah satunya berjudul "Mandalawangi-Pangrango" (1966).

https://travel.kompas.com/read/2023/02/18/152109927/menilik-nisan-soe-hok-gie-di-museum-taman-prasasti-jakarta

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke