Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

10 Tips yang Harus Diketahui Sebelum Merantau ke Jakarta

KOMPAS.com - Jakarta kerap dianggap sebagai kota dengan berbagai peluang, baik dari segi pendidikan maupun pekerjaan, sehingga mampu menarik para perantau dari daerah lainnya. 

Mustika Rini atau Karin, salah satunya, memutuskan merantau dari Selayar, Sulawesi Selatan, ke Jakarta demi mendapat lingkungan baru dan pendidikan yang lebih bagus.

"Aku ingin dapat lingkungan yang baru, terus kalau pendidikan yang paling bagus di Indonesia itu (menurutku di Pulau) Jawa. Jadi waktu itu berpikirnya kalau pun enggak di Jakarta ya harus ke Jawa buat kuliahnya. Lebih ke sana alasannya," terang Karin kepada Kompas.com, Senin (28/11/2022).

Lain halnya dengan Aqil yang merantau ke Jakarta dari tempat tinggalnya di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, sejak bulan Oktober 2017.

"(Merantau) untuk bekerja di tempat sekarang, kantor media di Palmerah. Kantor media juga kebanyakan ada di Jakarta," tutur pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, ini kepada Kompas.com.

Jika ingin merantau ke Jakarta, sebelumnya simak sejumlah tips dan hal yang harus diketahui berdasarkan pengalaman dari sejumlah perantau:

Karin menyarankan para calon perantau untuk mengetahui tujuan merantau terlebih dahulu sebelu menginjakkan kaki ke Ibu Kota. 

"Harus tahu merantau buat apa, jangan serta merta ke Jakarta karena seru nih orang hidup di Jakarta," tuturnya. 

Sebab, bagi perempuan yang telah merantau sejak tahun 2015 ini, hidup di Jakarta bisa tidak semudah yang dibayangkan karena banyak rintangannya.

2. Atasi rasa gugup sebelum merantau

Perantau lainnya yang bernama Yusuf mengakui bahwa ia sempat gugup sebelum merantau. Pada waktu itu, katanya, benaknya dipenuhi pikiran negatif.

"Cuman, mau tidak mau saya harus ke Jakarta juga. Jadi kuatkan tekad dan niat kita sebagai landasan untuk mengatasi hal tersebut," ucap laki-laki yang merantau ke Ibu Kota sejak tahun 2021 ini.

Yusuf berpendapat bahwa kehidupan di Jakarta lebih sibuk bila dibandingkan dengan kampung halamannya.

Pria kelahiran Medan, Sumatera Utara, dan besar di Makassar, Sulawesi Selatan, ini menambahkan bahwa penduduk di Ibu Kota harus bergerak cepat.

"Jadinya tidak bisa santai dan menikmati fasilitas yang ada, padahal Jakarta memiliki banyak fasilitas yang tidak pernah saya dapatkan di kota-kota lainnya," tutur Yusuf.

Senada dengan Yusuf, Karin juga merasa bahwa ritme kehidupan di Jakarta lebih cepat.

"Kalau di Jakarta kayak berasa kita harus lari, kalau misalnya kita istirahat dulu mau cuti, itu kita ketinggalannya jauh banget. Jadi kayak lari lari lari, kerja dari pagi sampai malam, tidur habis itu kerja lagi, weekend (akhir pekan) juga kadang aku suka kerja jadi kayak semua perubahannya cepat banget," terangnya.

Bila dibandingkan dengan teman-temannya di daerah asalnya, kata dia, ia merasa kehidupan mereka lebih santai. 

Tidak hanya itu, menurutnya kehidupan di Ibu Kota serba instan, serba ada, dan serba cepat. Ia pun mencontohkan layanan pengiriman dokumen di Makassar yang pergerakannya tidak secepat di Jakarta.

"Kalau di Jakarta kita pesan (pengantar dokumen) sudah langsung ada, kalau di sana (Makassar) ada tapi ada waktu bagi kita untuk menunggu," katanya.

Sebelum merantau, Karin sempat merasa takut akibat terpengaruh film-film yang menunjukkan banyaknya aksi kejahatan di Jakarta. Ia juga khawatir tidak bisa mengikuti ritme kehidupan di kota ini. 

Namun, semenjak tiba dan tinggal di Jakarta, ia jadi memiliki pemahaman tersendiri akan perasaannya pada waktu itu.

"(Pandanganku) berubah, kayak ternyata (di) Jakarta ada bagian-bagian yang ada orang-orang kayak gitu (jahat), tapi enggak semuanya kayak gitu," ujarnya.

Jika ingin merantau di Jakarta, Yusuf menganjurkan untuk mempelajari kota ini dengan sistematis, mulai dari jalannya, fasilitasnya, hingga lokasinya. 

"Awal-awal di Jakarta, coba luangkan waktu untuk berkeliling dengan menggunakan fasilitas umum yang tersedia. Fasilitas di Jakarta akan sangat membantu kita buat beraktivitas nantinya," ujarnya.

Ia juga mengimbau calon perantau untuk menghafal jam-jam sibuk di Ibu Kota agar tidak berdampak terhadap mobilitas.

Menggunakan kendaraan umum di Jakarta disarankan pula oleh Aqil. Menurutnya, naik kendaraan umum jadi cara yang baik untuk menjelajahi Ibu Kota sambil tetap berhemat.

"Dan kendaraan umum yang layak di kota lain mungkin enggak sebagus Jakarta," kata Aqil.

Bila ingin liburan sendirian untuk pertama kalinya di Jakarta, Karin menyarankan untuk mengajak teman sebagai pemandu guna mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan. 

"Kalau sama orang yang tahu Jakarta mungkin dia bisa mengantar, bisa memandu kamu lewat sini biar gampang, enggak (kena) macet. Orang daerah belum tahu macet jadi hal yang biasa (di sini)," ucapnya.

Ia melanjutkan bahwa kemacetan lalu lintas juga sesungguhnya bisa dijumpai di Makassar, namun kendaraan masih bisa bergerak dan tidak berhenti total seperti di Jakarta.

Kesalahan fatal yang pernah Yusuf lakukan adalah memilih tempat tinggal atau kos-kosan yang tidak tepat saat pertama kali tinggal di Jakarta.

Waktu itu ia mengalami kesusahan dalam mencari tempat yang nyaman dan dekat dengan kantornya, apalagi ia hanya mengandalkan informasi online dan sulit menyurvei secara langsung.

"Solusinya, cari tempat lain yang lebih baik. Tetapi tidak hanya mengandalkan media online, lebih baik bertanya langsung ke orang sekitar atau siapa pun yang sudah hafal tentang Jakarta," ujar Yusuf.

Ia pun menganjurkan untuk bertanya ke pengemudi ojek online atau penjual bakso, misalnya, yang ditemui di sekitar bakal tempat tinggal. 

Dalam mencari tempat tinggal, lanjutnya, penting untuk mencari tahu soal apakah lokasi yang dipilih jadi langganan banjir, akses keluar-masuk, serta seberapa dekat dengan transportasi umum, pasar, dan fasilitas pendukung lainnya.

Aqil pernah kecopetan saat naik bus trans-jakarta pada rush hours (jam-jam sibuk).

Saat itu ia belum menyadari bahwa dirinya harus lebih waspada ketika merantau dan belum berani speak up (angkat bicara) saat di tempat umum.

"Survival tips (tips hidup di Jakarta) mungkin ya harus selalu eling dan waspada. Tapi bukan berarti takut juga," katanya.

Saat merantau, rasa rindu akan keluarga di kampung halaman atau homesick terkadang muncul. 

Jika merasakan hal ini, biasanya Karin akan video call dengan keluarganya lalu, bila masih sedih, mengingat kembali tujuannya merantau ke Jakarta.

"Diekspresikan dulu perasaannya, emosinya, habis itu coba berpikir jernih lagi. Aku di sini karena memamg ada sesuatu yang ingin aku capai. Habis itu biasanya semangat lagi karena kita tidak boleh berlarut-laru dalam kesedihan," jelasnya.

Sementara itu, Yusuf dan Aqil memilih untuk menyantap hidangan khas kampung halaman jika kangen keluarga di rumah.

"Kadang iseng lihat rumah di kampung di Google Maps. Tapi juga kadang masak sendiri makanan khas Sulawesi atau makan di restoran khas sulawesi," tutur Aqil.

Menurut Yusuf, perantau yang ingin liburan murah di Jakarta bisa mengunjungi museum, taman kota, perpustakaan, atau bangunan-bangunan ikonis, seperti Monumen Nasional (Monas), Gereja Katedral, dan Masjid Istiqlal.

"Bisa juga ke kebun binatang, akuarium, dan tempat-tempat nongkrong asyik. Tiket masuknya cukup terjangkau dan bisa lebih murah lagi jika kita menggunakan transportasi umum buat keliling," katanya.

https://travel.kompas.com/read/2023/02/28/050500727/10-tips-yang-harus-diketahui-sebelum-merantau-ke-jakarta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke