Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mudik Lewat Jalan Tol Trans Jawa, Bisa Mampir ke 9 Masjid Ini

KOMPAS.com - Jelang libur Lebaran 2023, masyarakat bisa mulai bersiap untuk mudik, baik perjalanan darat, laut, maupun udara. 

Untuk perjalanan darat, salah satu alternatifnya adalah jalan Tol Trans Jawa, yang menghubungkan kota-kota di pulau Jawa.

  • Libur Lebaran 2023, Kemenparekraf Rilis Booklet Mudik Jelajah Masjid
  • Daftar 27 Masjid di 4 Jalur Mudik, Ada Masjid Raya Al-Jabbar

Jalan Tol Trans-Jawa membentang antara Pelabuhan Merak, Cilegon, Provinsi Banten, hingga Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, di Provinsi Jawa Timur.

Bagi kamu yang memilih jalur mudik melalui Tol Trans Jawa dan ingin berwisata religi, ada banyak masjid di sekitar tol yang bisa kamu singgahi.

Selain indah, masjid-masjid yang berada di jalur ini juga memiliki keunikan tersendiri, baik dari segi arsitektur maupun sejarahnya sehingga menarik untuk dikunjungi.

Berikut beberapa masjid di jalur Tol Trans Jawa pilihan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang dihimpun Kompas.com dari E-Booklet Mudik Jelajah Masjid terbitan Maret 2023:

Tidak hanya ke pelosok Tanah Air, pesona masjid ini juga telah mendunia. Masjid Istiqlal sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara ini mampu menampung hingga 200.000 jemaah.

Menariknya, masjid yang menjadi icon Kota Jakarta ini didesain dengan elemen bangunan yang sarat akan makna.

Mulai dari kubah berdiameter 45 meter yang melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia 1945, menara setinggi 6.666 sentimeter (cm) yang menyimbolkan jumlah ayat dalam Al-Qur’an, hingga lima lantai yang menyimbolkan shalat lima waktu sekaligus lima sila dalam Pancasila.

Masjid Istiqlal juga meluncurkan Istiqlalverse, sebuah platform yang bisa diakses masyarakat untuk menyaksikan keindahan Masjid Istiqlal di dunia metaverse. 

Tak hanya itu, Istiqlal dinobatkan sebagai masjid ramah lingkungan pertama di dunia versi International Finance Corporation (IFC) 2022, serta memakai sistem hemat energi dalam penggunaan pencahayaan internal dan eksternal, dan keran air yang bisa didaur ulang. 

Di jantung Kota Jakarta, terdapat masjid dengan arsitektur khas Belanda yang berpadu dengan ornamen kaligrafi. Namanya Masjid Cut Meutia.

Sebelum menjadi masjid, Masjid Cut Meutia dulu merupakan sebuah gedung milik pemerintahan kolonial Belanda.

Awalnya, masjid ini merupakan kantor pemerintahan Belanda hingga kemudian pada 1987 beralih fungsi sebagai tempat ibadah umat Islam, dengan luas 5.000 meter persegi dan dapat menampung 3.000 jemaah. 

Remaja Islam Masjid Cut Meutia (RICMA) aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan, salah satunya konser musik jazz yang menjadi sarana dakwah kekinian. 

Pada awal pendiriannya tahun 1918, masjid ini bernama Tajug Agung. Alamatnya di Jalan Kartini No 2, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, Jawa Barat. 

Dipengaruhi gaya arsitektur Timur Tengah yang kental, Masjid At-Taqwa Palimanan dijuluki “The Beauty of Middle East in West Java”.

Sentuhan khas Timur Tengah begitu terasa saat kamu memasuki pelataran masjid.

Gerbangnya yang megah, pilar-pilarnya tinggi, dinding berornamen kaligrafi, serta aksen pohon kurma menjadi daya tarik tersendiri dari masjid ini.

Menariknya lagi, di area masjid juga terdapat menara setinggi 65 meter yang memungkinkan kamu melihat panorama Kota Cirebon dari ketinggian.

Berbeda dengan masjid pada biasanya, Masjid Agung Nurul Kalam memiliki bentuk bangunan
kotak bergaya minimalis.

Setelah mengalami pemugaran tahun 2019, Masjid Agung Nurul Kalam hadir dengan wajah baru yang lebih modern, minimalis, dan futuristik.

Didominasi warna putih dan sentuhan keemasan, masjid seluas 1.800 meter persegi ini memiliki empat tingkat dan menggunakan material marble (marmer) di setiap lantainya.

Lokasi Masjid Agung Nurul Kalam berada di Jalan Mochtar, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Jaraknya sekitar 59 meter dari Alun-alun Pemalang. 

Mungkin tidak banyak yang menyangka, bangunan yang didominasi warna merah dan berornamen khas China ini merupakan sebuah masjid.

Dulu, Masjid Klenteng Krajan Dukuh ini dikenal dengan nama Wisma Majelis Taklim Hidayatullah.

  • 12 Wisata Populer Salatiga, Banyak Tempat Instagramable Pas buat Foto
  • 5 Wisata Air di Salatiga, Banyak Tempat Berenang Alami dan Jernih

Masjid Klenteng Krajan Dukuh menjadi simbol akulturasi budaya Arab dan China, sekaligus lambang toleransi umat beragama Kota Salatiga.

Arsitekturnya menyerupai kelenteng dengan atap berbentuk pagoda. Bangunannya juga didominasi oleh warna merah yang melambangkan kebahagiaan.

Meskipun luas bangunannya hanya 300 meter persegi, namun masjid ini dinilai
fungsional sebagai sarana beribadah, pusat dakwah, dan mencetak santri-santri untuk aktif
berwirausaha.

Kehadiran Masjid Raya Sheikh Zayed menambah daftar lokasi wisata religi di kota yang berjuluk "The Spirit of Java" ini.

Masjid Raya Sheikh Zayed merupakan hadiah dari Presiden Uni Emirat Arab (UEA), Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MBZ), kepada Presiden Joko Widodo sebagai simbol persahabatan antara UEA dan Indonesia.

  • Masjid Sheikh Zayed Solo Sudah Buka untuk Umum, Catat Aturan Berkunjung
  • 10 Masjid Megah di Indonesia Selain Masjid Raya Sheikh Zayed Solo 

Meskipun begitu, sentuhan tradisional masih kental terasa di masjid ini, salah satunya melalui motif batik kawung yang terlihat di lantai marmernya.

Selain itu, terdapat 82 kubah bergaya Maroko yang dihiasi batu pualam putih. Karpet masjid dibuat dengan motif batik khas Solo dan motif kembang dari Pekalongan. 

Memiliki luas bangunan utama sekitar 8.000 meter persegi, Masjid Raya Sheikh Zayed mampu
menampung hingga 10.000 jemaah.

Masjid Agung Kraton merupakan peninggalan Kerajaan Mataram yang memiliki arti penting terkait penyebaran Islam di Solo.

Masjid bergaya arsitektur Jawa Mataram ini berlokasi tidak jauh dari alun-alun dan Kraton Surakarta. 

Masjid Agung Keraton Surakarta didirikan pada 1479 oleh raja kedua Kasunanan Surakarta, Pakubuwono III, dan dikenal sebagai salah satu masjid tertua di Solo.

Bagian atap masjid berbentuk tajug tumpang tiga yang memiliki makna iman, Islam, dan ihsan. Adapun bangunannya didominasi material kayu dan dinding bertuliskan aksara Jawa kuno. 

Masjid ini difungsikan juga sebagai pusat berbagai acara keagamaan, seperti festival grebeg dan festival sekaten. 

Masjid Agung Kabupaten Sidoarjo, yang mengusung konsep inklusif, menjadi masjid pertama di Jawa Timur yang memiliki fasilitas travelator untuk memudahkan jemaah lanjut usia dan penyandang disabilitas.

Masjid terbesar di Kabupaten Sidoarjo ini memiliki luas 2.115 meter persegi dengan kapasitas 4.000 jemaah.

Sejak didirikan di tahun 1859, masjid ini menjadi tempat ibadah, pusat dakwah, dan ruang pendidikan agama Islam di Sidoarjo. 

Masjid ini terdiri dari tiga lantai yang terbuat dari marmer. Di area masjid juga terdapat sebuah sumur yang konon tidak pernah kering meski saat musim kemarau.

Inilah masjid kebanggaan sekaligus ikon terbaru Kota Probolinggo, Masjid Agung Raudlatul Jannah.

Masjid kuno yang sudah berdiri sejak tahun 1770 ini dulunya bernama Masjid Jamik dan didirikan oleh bupati pertama yang diangkat oleh VOC, Raden Brojonegoro atau yang dikenal dengan julukan Kanjeng Jimat.

Masjid ini dipengaruhi gaya arsitektur khas Belanda yang terlihat di bagian jendelanya.

Memiliki luas 4.720 meter persegi dan berkapasitas 3.500 jemaah, Masjid Agung Raudlatul Jannah bisa ditemukan di samping barat Alun-Alun Kota Probolinggo.

Saat momen Ramadhan, Masjid Agung Raudlatul Jannah biasanya mendatangkan imam dari luar negeri untuk memimpin shalat tarawih.

https://travel.kompas.com/read/2023/03/28/191200627/mudik-lewat-jalan-tol-trans-jawa-bisa-mampir-ke-9-masjid-ini

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke