Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Serunya Bikin Tembikar di Ganara Art Plaza Indonesia, Mesti Sabar

KOMPAS.com - Ingin mencari kegiatan saat luang untuk mengasah kreativitas dan keterampilan, datang saja ke Ganara Art di Plaza Indonesia. 

Tempat ini menawarkan beragam kegiatan membuat karya seni yang bebas dan menyenangkan, sehingga bisa dinikmati siapa pun.

Beberapa kegiatan di sana, seperti melukis di atas kain, melukis akrilik, membuat tembikar dengan alat, mendekorasi jurnal, melukis di dinding, hingga melihat instalasi seni.

  • Ganara Art Plaza Indonesia: Harga Tiket, Jam Buka, dan Fasilitas
  • 5 Aktivitas di Ganara Art Plaza Indonesia, Bisa Bikin Tembikar

Aktivitas harian berdurasi 45 menit dibanderol mulai Rp 50.000 per kegiatan, sedangkan kelas regular berdurasi 1,5 jam dengan guru biayanya mulai Rp 175.000 per sesi.

Ganara Art Plaza Indonesia merupakan cabang terbaru yang bisa ditemukan di Lantai 6 Plaza Indonesia, Jalan M.H. Thamrin Kav 28-30, RT 9/RW 5, Kelurahan Gondangdia, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.

Jam buka tempat ini mengikuti waktu operasional mal, yaitu setiap hari mulai pukul 10.00 hingga 21.00 WIB. 

Pengalaman bikin karya seni di Granara Art Plaza

Selasa (4/4/2023) sore, Kompas.com memutuskan mengunjungi tempat ini untuk mencoba rasanya melukis dan membuat tembikar sambil refreshing.

Dari depan, situasi di Ganara Art Plaza Indonesia tampak cukup lengang, hanya ada satu keluarga sedang mengantre membeli tiket.

Tak lama, Kompas.com masuk melewati instalasi atau galeri seni yang terdiri dari dua lorong sebagai jalanan pembuka. Sebelum foto-foto, rasanya lebih pas jika beraktivitas terlebih dahulu.

Melewati bagian tengah yang berisi panggung dan kafe, akhirnya tiba juga di ruang kelas yang cukup besar. Ruang kelas atau studio ini terbagi menjadi beberapa area besar, untuk melukis dan tempat membuat tembikar.

Bagian tengah terisi oleh meja-meja dengan kursi berwarna putih yang cukup banyak, terlihat serasi dengan desain sekelilingnya. Di pojokan dinding, ada lemari memajang hasil karya tembikar pengunjung maupun guru di Ganara. 

Staf di Ganara mengarahkan Kompas.com memasang celemek (apron) untuk melukis, dan memilih media untuk dilukis, ada tote bag dan topi.


Melukis di atas kain

Usai memasang celemek dan menata peralatan, seperti tas kain, cat, kuas, dan air, kegiatan melukis pun dimulai.

"Sekarang dapat cat warna ungu, kuning, merah, hijau, putih, dan biru dulu. Sisanya jika butuh warna lain, bisa menghubungi saya," kata seorang staf.

Tepat di depan meja, terdapat beberapa anak kecil dan juga pasangan yang sedang fokus melukis di atas topi kain.

Meski jari-jemari terasa agak kaku karena sudah lama tidak memegang kuas, sensasi melukis dengan kain sebagai media jadi salah satu kegiatan yang menyenangkan. 

Awalnya, Kompas.com sempat bingung dan agak ragu karena tidak yakin dengan obyek yang akan dibuat. Namun, tidak perlu waktu lama karena kegiatan ini hanya perlu kamu nikmati.

Sekitar 30 menit sudah berlalu, karya yang dilukis juga sudah selesai. Hasilnya tidak terlalu bagus dan sesuai ekspektasi. Meski begitu, ada kepuasan tersendiri saat memandangi hasil karya yang sudah dibuat.

Pertama kali coba pottery wheel

Selanjutnya, Kompas.com berpindah ke ruang studio sebelah untuk mencoba aktivitas membuat tembikar menggunakan alat tradisional. 

Menurut salah seorang staf, kegiatan ini membutuhkan fokus dan kesabaran untuk menghasilkan bentuk yang diinginkan. Sebab, ada koordinasi antara jari-jemari tangan dengan kaki yang mendorong alat. 

"Kaki kiri selalu di atas, kita hanya pakai kaki kanan untuk menendang ke depan. Dorongnya tidak perlu terlalu kencang, sambil basahin jari dan siap-siap pegang tanahnya," kata seorang guru bernama Cynthia.

Ia mengatakan, pengunjung bisa membuat tembikar yang berasal dari tanah liat 500 gram, untuk dibentuk menjadi wadah yang simetris.

"Ada titik di tengah tanah. Empat jari kiri pegang badan tanah, jempol ditaruh di tengah. Lalu telunjuk kanan siap-siap membuat lubang. Pelan-pelan saja ya," lanjut Cynthia mengajarkan. 

Setelah sekitar 15 menit mendengarkan arahan, Kompas.com mulai membentuk tanah liat menjadi sebuah mangkuk. Ternyata, membuat tembikar dengan alat tradisional memang membutuhkan kesabaran tingkat tinggi.


Pengunjung harus bisa mengordinasikan kedua jari tangan dengan kaki agar tiap dinding tanah memiliki ketebalan yang sama, tidak terlalu tipis sampai bolong, atau terlalu tebal.

Jika sudah selesai membuat lubang yang cukup, mangkuk atau wadah yang dibentuk bisa dihias dengan menambahkan akses lengkung atau garis-garis sesuai selera.

Sayangnya, untuk aktivitas harian ini, tembikar hasil buatan pengunjung tidak dapat dibawa pulang. Sebab, tanahnya tentu masih basah dan membutuhkan waktu beberapa hari untuk jadi kering.

  • Itinerary Seharian di Pasar Baru Jakarta Pusat, Thrifting sampai Kulineran
  • 14 Tempat Bersejarah di Jakarta Pusat, Ada Museum dan Taman

"Kalau mau bawa pulang dan dihias dengan cat, sama diberi firing (lapisan khusus), bisa ikut kelas reguler. Setelah tembikarnya dikabar, beberapa hari kemudian bisa datang lagi dan diwarnai," kata Cynthia. 

Kendati tidak bisa membawa pulang oleh-oleh langsung berupa tembikar, Kompas.com sudah cukup puas setelah mengambil gambar dan mendokumentasikan proses pembuatan tanah liat.

Sebagai pengalaman yang baru pertama kali dialami, kegiatan ini bisa jadi salah satu alternatif hiburan yang seru untuk melepas penat. 

https://travel.kompas.com/read/2023/05/12/101000327/serunya-bikin-tembikar-di-ganara-art-plaza-indonesia-mesti-sabar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke