Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Festival Tulip di Lembah Skagit

Kompas.com - 24/04/2008, 08:23 WIB

Kebanyakan kita di Indonesia mengenal tulip sebagai bunga dari Belanda. Begitu lekatnya tulip dengan Belanda, sampai-sampai orang tidak percaya bahwa sebetulnya tulip bukan asli Belanda, dan juga bahwa tulip tidak hanya ada di Belanda.

Tahun lalu saya berkunjung ke Masjid Rustem Pasha di dekat Spice Bazaar di Istanbul. Masjidnya kecil, tetapi ia merupakan salah satu permata arsitektur yang tidak dapat dilewatkan. Masjid ini dibangun oleh Mimar Sinan, seorang arsitek legendaris yang dipercaya merancang begitu banyak bangunan penting di masa Sultan Sulaeman Agung.

Rustem Pasha “hanyalah” orang kaya yang bukan bangsawan. Karena itu, ketika ia berniat membangun masjid, ia tidak dibolehkan membangun minaret (menara untuk mengumandangkan azan). Rustem kemudian mencari akal untuk menunjukkan bahwa kekayaannya tidak kalah dibanding para sultan.

Rustem kemudian memekerjakan para pekerja seni dari Iznik untuk membuat keramik khusus guna menutupi dinding dalam masjid. Salah satu desain keramik itu adalah gambar bunga tulip. Keramik itu sangat indah dan tidak ada tandingannya pada masa itu di seluruh Istanbul. Belum lama ini, satu keping keramik asli dari Masjid Rustem Pasha dilelang Sotheby’s dan mendapat harga 80.000 poundsterling.

Lho, mengapa ada gambar tulip di dinding masjid di Istanbul? Mengapa pula gambar tulip dapat ditemukan pada keramik di dinding Masjid Biru alias Masjid Sultan Ahmad di Istanbul?

Tulip sebenarnya adalah tumbuhan bunga asli dari Turki. Ada bukti-bukti sejarah yang menunjukkan bahwa tulip sudah dibudidayakan di Turki sejak tahun 1000 Masehi, khususnya di daerah sekitar Laut Hitam. Setelah Sultan Mehmet Sang Penakluk merebut Turki pada pertengahan abad ke-15, bunga tulip mulai ditanam di halaman istana. Di istana itulah orang-orang Eropa mulai melihat keindahan tulip dan menganggapnya sebagai bunga yang bernilai tinggi.

Belanda baru mengenal tulip pada tahun 1593, setelah seorang botanis dari Austria diangkat sebagai gurubesar di Universitas Leiden. Botanis itu sebelumnya telah memiliki bibit tulip yang diperolehnya dari mantan dutabesar Austria di Turki yang diberi bibit tulip sebagai hadiah dari Sultan. Tulip di masa itu merupakan tanaman eksklusif yang hanya dimiliki secara terbatas oleh para pangeran di Eropa.

Pada abad ke-7, tulipmania mulai melanda Belanda. Berbagai varian tulip baru mulai bermunculan. Pada waktu itu bahkan ada sayembara berhadiah uang sangat besar bagi siapa pun yang mampu membudidayakan tulip berwarna hitam.

Berabad-abad kemudian, Belanda telah meninggalkan Turki jauh di belakang dalam soal tulip-menulip. Bunga tulip bahkan menjadi komoditi perdagangan penting di Belanda, sementara di Turki tetap menjadi bunga yang terbatas keberadaannya di kalangan ningrat.

Pada tahun 1949, untuk pertama kalinya diselenggarakan pameran tulip di Keukenhof di Negeri Belanda. Keukenhof semula adalah kebun tempat menanam bumbu-bumbu dapur untuk istana-istana kerajaan. Hingga kini, Keukenhof merupakan tempat yang paling terkenal di dunia untuk melihat bermacam-macam tulip.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com