Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (40)

Kompas.com - 30/04/2008, 07:45 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

Kazakhstan Memanggil

Negeri luas ini sedang bergelimang kemakmuran. Penghasilan luar biasa dari produksi minyak ratusan ribu barel per hari membuat apa yang dulu tak mungkin sekarang menjadi mungkin. Sebuah ibu kota baru dibangun di tengah padang kosong. Ribuan orang asing berdatangan, mencoba mencicipi kue yang ditawarkan Kazakhstan.

Saya termasuk dalam ratusan orang yang berdesak-desakan masuk ke gerbong kereta api di stasiun Almaty II sore itu, ketika langit biru bersih akhirnya menghiasi angkasa setelah hampir seminggu kota ini dirundung mendung dan siraman salju. Tujuan saya adalah Astana, ibu kota baru Kazakhstan, sebuah kemewahan yang dibangun di tengah padang kosong.

Perjalanan selama 20 jam dari Almaty menyajikan pemandangan yang membosankan. Yang tampak dari jendela hanyalah tanah datar, padang rumput yang membentang tanpa batas. Di musim dingin ini, sejauh mata memandang, yang terlihat hanya warna putih dan kelabu. Padang luas itu berubah menjadi lapisan salju tebal. Cerahnya Almaty kemarin telah berubah menjadi mendung yang muram hari ini.

Saya duduk satu kompartemen dengan dua orang pria dari China dan seorang wanita Kazakh. Kedua pria China ini etnis Mongolia, dan salah satunya malah sudah punya paspor Kazakhstan.

            "Sekarang bikin paspor Kazakhstan sangat mudah," kata Ye Shunde, pria 40 tahunan berperut sangat besar itu.
            "Hanya dengan kawin dengan wanita Kazakh kamu sudah bisa dapat kewarganegaraan," jelasnya.

Walaupun Ye sangat menyederhanakan prosedur imigrasi Kazakhstan, tetapi memang benar pemerintah Kazakhstan sedang membuka pintu lebar-lebar kepada warga negara baru. Negeri ini yang luasnya hampir setengah kali lebih luas daripada Indonesia, dengan pertambahan penduduk yang terkadang minus, dihuni sekitar 16 juta jiwa saja. Bayangkan Jakarta yang penduduknya 10 juta lebih. Betapa kosongnya seluruh dataran negeri itu. Presiden Nazarbayev dari tahun ke tahun menaikkan kuota untuk orang Kazakh yang tinggal di luar Kazakhstan, untuk kembali ke kampung halaman.

Panggilan untuk repatriasi segera disambut dengan antusias. Kazakhstan adalah negeri kaya yang dikelilingi negara-negara miskin. Dalam sekejap, ratusan ribu etnis Kazakh berbondong-bondong masuk dari China, Uzbekistan, dan Mongolia. Saat ini, masih sekitar 1,7 juta etnis Kazakh tinggal di China dan 1,5 juta di Uzbekistan. Namun tak sedikit pula dari oralman, para pendatang Kazakh yang pulang ke kampung halaman ini, datang tanpa kualifikasi apa pun. Bukannya mendukung perkembangan negara, mereka malah menjadi beban di kota-kota besar yang sudah padat dan mahal.

Pemerintah Kazakhstan memang menjanjikan kemudahan naturalisasi. Yang berpendidikan tinggi malah mendapat fasilitas akomodasi dan bantuan keuangan. Semuanya ini untuk menambah jumlah penduduk di negara yang luas tapi kosong. Etnis Kazakh yang ketika Kazakhstan baru merdeka adalah minoritas di negaranya sendiri, sekarang setelah hampir 15 tahun merdeka, sudah mendekati 60% dari total populasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com