Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (43)

Kompas.com - 05/05/2008, 08:07 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

Lima Belas Tahun Merdeka

Kazakhstan memang masih muda. Pertengahan Desember ini, selain semaraknya persiapan Tahun Baru dan Natal, negeri ini juga sibuk merayakan 15 tahun hari jadinya. Memang tak salah kalau perayaan kali ini lebih meriah daripada biasanya. Di antara negara-negara baru Asia Tengah, Kazakhstan telah menunjukkan taringnya sebagai negeri yang paling makmur, memanjakan penduduknya dengan pendapatan per kapita yang menakjubkan, dan kini sedang melenggang ke arah kapitalisme ala negeri-negeri Barat.

Terlepas dari meroketnya harga-harga karena pendapatan penduduk yang terus meningkat, tak semua orang di Almaty menikmati berkah kemakmuran itu. Kapitalisme justru membuat jurang antara kaya dan miskin, yang hampir tidak pernah ada sebelumnya ketika Kazakhstan masih berada di bawah merahnya komunisme Uni Soviet. Ibu kos saya, Nenek Lyubova, sudah rindu sekali akan apel Almaty yang terkenal itu. Sekarang, jangankan untuk membeli apel, untuk menghidangkan makanan seadanya di atas meja makan pun Lyubova sudah tak mampu. Semua menjadi mahal. Karena orang-orang di tengah kota sana menjadi kaya dan semakin kaya.

Saya yang sudah mulai terbiasa dengan biaya hidup Almaty, dan belajar banyak dari cara hidup hemat Nenek Lyubova, mulai bisa memenuhi kebutuhan perut sehari-hari dari belanja di Zelyonii Bazaar, pasar sayur. Di sini harganya jauh lebih miring daripada di Silkway Gipermarket. Menu harian saya kini bukan lagi hanya mie instant impor dari China, tetapi menjadi lebih sedap dengan acar kimchi yang dijual kiloan oleh ibu-ibu keturunan Korea. Saya juga jadi pelanggan tetap warung laghman Uyghur, bakmi bertabur irisan daging dan cabe dari propinsi Xinjiang di China.

Di pasar sayur juga banyak dijual sosis babi berkualitas tinggi dari Rusia. Bukan cuma dikonsumsi oleh orang Rusia, orang Kazakh pun ramai membeli sosis ini. Orang Kazakh memang mengaku Muslim, tetapi makan babi dan minum vodka bukan pantangan. Dibandingkan negara-negara Stan lainnya, Kazakhstan memang yang paling kuat pengaruh Rusianya. Selain karena jaraknya yang paling dekat dengan Rusia, besarnya populasi orang Rusia di negara ini yang hampir setengah populasi, sejarah orang Kazakh memeluk Islam juga masih baru. Kaum nomaden Kazakh bahkan mengenal Islam baru sekitar 200 tahun lalu, itu pun bercampur dengan kultur bangsa pengembara yang tidak suka terikat oleh aturan-aturan.

Jadilah Islam versi orang Kazakh. Mengaku Muslim tetapi babi dan vokda jalan terus. Tak pernah baca Alqur'an, bahkan huruf ALLAH dan MUHAMMAD yang selalu ada di semua masjid pun banyak yang tak bisa baca. Bulan Ramadan tidak dilewatkan dengan puasa atau berzikir. Puluhan tahun di bawah komunisme juga ikut melunturkan kehidupan spiritual di negeri ini.

Tetapi ketika Kazakhstan merdeka, lima belas tahun lalu, perlahan-lahan Islam pun kembali. Negara-negara baru ini memang memerlukan identitas dan jati diri untuk menjadi alasan eksistensinya. Arab Saudi dan Turki berbondong-bondong membangun masjid dan sekolah, mengingatkan orang-orang bagaimana hidup seharusnya sebagai Muslim. Almaty kini juga sudah mulai punya beberapa masjid, berdiri megah di tengah kota yang semula hanya terkenal akan gereja-gereja katedral Kristen Ortodoksnya.

Islam perlahan-lahan menjadi identitas. Anak-anak muda mengkoleksi liontin bertuliskan huruf Allah dan Muhammad, walaupun tidak tahu apa bacanya, untuk menyatakan dirinya sebagai Muslim. Beberapa pemuda Kazakh yang saya temui menolak dengan keras difoto di depan Katedral Zenkov, yang menjadi ikon Almaty, dengan alasan agama. Tetapi kebiasaan minum vodka dan terkadang sosis babi masih jalan terus. Yang paling penting memang identitasnya.

Identitas nasional Kazakhstan memang hal baru yang masih dalam proses inovasi dan pengembangan. Ketika stan-stan lain memproklamirkan kemerdekaan tahun 1991, Kazakhstan masih ingin terus ikut orang Rusia. Kazakhstan menjadi pecahan Soviet terakhir yang menyatakan kemerdekaan  pada tanggal 16 Desember 1991. Pengaruh Rusia yang sangat kuat mengaburkan definisi nasionalisme Kazakh. Islam, identitas yang perlahan-lahan mulai tampak di sana sini, masih belum cukup kuat untuk dikatakan sebagai karakter bangsa Kazakh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com