If you wanna live
Hari yang cerah. Saya berjalan melintasi jalan taman yang rindang di seberang Gedung Parlemen Almaty.
Hari ini tak banyak orang yang bermandi matahari di taman ini. Hanya dua orang pemuda Kazakh yang duduk-duduk di bawah monumen peringatan perang. Salah seroang dari pemuda itu mencegat saya, mau pinjam HP, katanya. Saya tidak menghiraukan. Saya memang tidak punya HP. Mereka mulai mengajak saya ngobrol dengan bahasa Inggris yang rusak parah. Saya tak punya waktu.
"Stop! Stop!" teriak salah seorang dari mereka. Saya tetap tak menghiraukan mereka dan bergegas menuju kantor pos untuk mengirim beberapa kartu.
Pegawai kantor pos, seperti di negara-negara Stan lainnya, memang judes dan ogah-ogahan kerjanya. Saya sampai harus memohon-mohon dengan penuh penderitaan supaya mereka mau menjual prangko kepada saya.
Saya menghabiskan waktu kira-kira satu jam di kantor pos, sebelum akhirnya menuju ke sebuah warnet di dekat Silkway Gipermarket. Saya hanya satu-satunya pengunjung. Ketika sedang asyik-asyiknya berselancar di dunia maya, tiba-tiba ada sebuah lipatan kertas yang terlempar ke atas keyboard. Pelemparnya adalah seorang pemuda, yang langsung melenggang ke sebuah komputer tak jauh dari tempat saya duduk.
"READ!" pemuda itu cukup kasar. Datang pemuda lain duduk di sampingnya, berbagi komputer.
Kertas surat itu kertas kotak-kotak, seperti buku matematika anak SD. Tulisan yang menghiasi kertas itu pun tidak kalah jeleknya kalau ditandingkan dengan anak SD kelas 1. Di pojok kanan tertulis:
"Read
thiz
If You WaNNA LIVe"
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.