Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (45)

Kompas.com - 07/05/2008, 08:19 WIB

Saya membuka lipatan kertas itu. Tulisan di bagian dalam tidak kalah jeleknya:

            "GiVe us (8 thouthans (8000) tenGe )
            & you stay alive,
            I pRoMIZZZ..
            WhAt You thiNk?

            My NAME IZ GREGG."

 Saya jadi bingung, ini surat ancaman atau surat perkenalan?

Saya ingat sekarang. Kedua anak muda ini adalah pemuda kasar yang memaksa hendak pinjam HP saya di taman tadi. Bahasa Inggris mereka amburadul. Mereka bahkan masih belum bisa membedakan huruf kecil dan huruf besar. Tetapi teknik kuntit-mengkuntit dan mata-mematai tidak kalah dengan KGB. Saya hanya diberi dua pilihan, hidup atau mati. Mereka pastinya sudah menunggu saya lama sekali di luar kantor pos dan terus mengikuti saya hingga ke warnet ini.

Saya segera meninggalkan warnet itu. Salah satu dari kedua pemuda itu, tak lebih dari hitungan menit, sudah mengikuti saya lekat-lekat. Jalan raya ramai, tetapi hati saya tidak tenang. Pemuda itu, entah yang bernama Greg atau bukan, terus menguntit saya sambil berbicara melalui HP-nya. Yang jelas, mereka bukan orang miskin. Pinjam HP di taman tadi adalah taktik untuk merampok saya.

Saya menoleh ke belakang. Si pemuda Kazakh itu, 6 meter jauhnya, menyeringai seram. "PERGI! PERGI!" saya berteriak dalam bahasa Rusia. Si pemuda malah menyeringai senang, tanpa menghiraukan saya yang semakin risau.

Di tengah kegalauan dikuntit orang tak dikenal yang berniat buruk, tiba-tiba saya mendapat akal. Saya keluarkan kamera, saya arahkan ke wajahnya. Terkejut, si pemuda langsung membalikkan badan dan menutup wajahnya dengan topi.

Kini giliran saya yang mengejar dia. Dia berlari menjauh. Saya pun segera berbalik arah, dan berlari sekencang-kencangnya. Entah berapa orang yang marah-marah karena saya tabrak, dan entah berapa supir yang menyumpahi saya karena menyeberang sembarangan. Saya terus berlari tanpa menengok lagi ke belakang.

Saya segera meloncat ke sebuah bus yang kebetulan berhenti di halte. Saya tidak tahu bus ini melaju ke mana. Saya tak peduli lagi. Bus yang penuh sesak ini ternyata masih belum memberikan rasa aman. Seketika, semua penumpang bus seakan menjelma menjadi mata-mata yang terus mengintai saya. Apakah nenek tua bungkuk yang siap-siap turun ini juga temannya Greg? Apakah pria yang duduk sambil membaca koran itu juga musuh jahat yang siap merampok saya? Atau anak kecil yang baru turun, mungkin juga informan Greg? Jantung saya berdebar kencang. Takut sekali.

Saya terus berada di dalam bus sampai  bus berhenti di tujuan akhirnya. Sungguh, saya tidak tahu ini di mana. Tinggal saya seorang penumpang dalam bus itu. Tak ada Greg dan konco-konconya di sini. Aman.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com