Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Yogya, Lidah Wajib Bertamasya

Kompas.com - 11/05/2008, 08:06 WIB

Yogyakarta bukan hanya ”istimewa” daerahnya, tetapi juga istimewa dalam perkara memburu makanan enak. Bayangkan.

Untuk menyantap semangkuk soto Bu Cip di Tamansari atau menikmati legitnya nasi goreng kambing olahan Mbak Sopiah di Warung Sate ”Pak Dakir” di Jalan HOS Cokroaminoto, kita harus menyiapkan stamina istimewa untuk antre tunggu giliran. Dan, menikmati istimewanya kegerahan di warung sempit. Bahkan, jika menyantap tongseng kambingnya Pak No di Desa Menayu Kulon, Ring Road Selatan, orang akan merasakan istimewanya sengatan cabe superpedas. ”Habis lari maraton ya,” ledek Pak No setiap konsumennya bercucuran keringat dan terengah-engah kepedasan.

Itulah Yogya. Melengkapi statusnya sebagai kota budaya, ia menyimpan begitu banyak keunikan, teristimewa yang berurusan dengan kemanjaan lidah. Dikategorikan unik karena olahan makanan (tradisional) itu jarang ditemui di menu kelas restoran. Misalnya baceman kepala kambing di belakang Pasar Colombo, Jalan Kaliurang; baceman bebek di Pasar Ngino, Godean; atau baceman burung puyuh dan burung dara di depan gerbang Ndalem Notoprajan. Atau, yang dikategorikan lauk-pauk unik, seperti gorengan cethul goreng di Tamansari, rantengan (baceman empal, babat, iso, rambak, petis) Bu Warno di lantai dua Pasar Beringharjo bagian timur, berdekatan dengan gado-gado legendaris Bu Hadi.

Masih banyak warung legendaris yang bertahan hingga kini, bahkan dikelola generasi kedua atau ketiga. Yang pernah kuliah di UGM Bulaksumur dipastikan pernah menikmati pecel, sop, dan es sari tomat di SGPC Bu Wiryo. Biasanya, mereka ingin mengenang kembali SGPC yang dulu kondang dengan kejenakaan pelayannya, yang selalu mengistilahkan menu makanan dengan ungkapan yang lucu: sop tanpa kawat (maksudnya tanpa mihun), pecel banjir (dengan bumbu kacang yang banyak), atau sop tanpa colt kampus (maksudnya tanpa kol, kubis).

Sementara yang menggemari makanan berkuah akan berjodoh dengan Soto Kadipiro di jalan Wates, yang saking melegendanya di sekitar situ banyak muncul kedai soto dengan brand ”Kadipiro”. Namun, ada genre soto lain. Beda bumbu dan dagingnya. Jika soto Kadipiro—juga Soto Sawah di Desa Soragan dan Soto Pak Slamet di Mejing, Gamping—disertai suwiran ayam goreng, maka yang ini berbasis daging sapi: Soto Pak Marto, Soto Bu Cip, Soto Sumuk Gondolayu, Soto Pithes Pasar Beringharjo, atau Soto Pak Sholeh di Tegalrejo.

Sementara di ”fraksi” sate dan tongseng kambing, orang tentu tak bisa melupakan Sate Kambing Pak Amat di Alun-alun Utara, Tongseng Wiyoro, Tongseng Ngasem, Tongseng Babadan Sleman, Sate/Tongseng Mbah Godril, Sate Samirono, Lelung alias Gule Balung di Desa Gesikan, Bantul; SGTK alias Satu Gule Tongseng Kambing Pak Anshor di Notoprajan, Sate Klathak Pak Bari dan Jono di dalam Pasar Jejeran, dan tentu saja deretan warung sate dan tongseng kambing di sepanjang jalan menuju Imogiri yang jumlahnya puluhan. Sementara yang mengidap darah tinggi bisa mengalihkan konsumsinya ke sate sapi alias sate kocor Pak Tjipto di Jalan Kemasan dan beberapa kedai sejenis di pinggiran Lapangan Karang, yang juga berada di wilayah Kotagede.

Menguji kesabaran

Warung-warung legendaris semacam ini bisa bernama warung lesehan, kedai, angkringan, depot, atau sekadar dapur. Dapur yang memang benar-benar tempat memasak dan cuci piring. Umumnya, orang tak sabaran menunggu dan langsung menyantap di dapur sebagaimana selalu berlangsung saban malam di Gudeg Pawon Bu Prapto, Janturan, Semaki, Yogya, yang baru start setelah pukul 23.30 WIB.

Nah, bicara soal gudeg, variannya pun beragam. Masing-masing dengan keunikannya tersendiri. Ada gudeg kering ala gudeg Wijilan, Gudeg Juminten dan Gudeg mBarek. Ada gudeg basah dengan santan cair atau setengah kental seperti Gudeg Bu Citro, Gudeg Bu Sri di selatan Pasar Klithikan Kuncen; Gudeg Permata, Gudeg Klentheng, Gudeg Mbak Ginuk di Jetis, atau Gudeg Bu Joyo yang selalu menggelar dagangannya pukul 23.00 di sebelah utara Pasar Beringharjo. Juga ada gudeg manggar yang tidak lagi menggunakan buah nangka muda (gori) di Srandakan, Bantul.

Jika didramatisir, ibaratnya, di setiap jengkal jalanan Yogya orang bisa menemukan sensasi anyar yang barangkali tidak ditemui di kota lain. Terbitnya sensasi itu tak hanya dilihat dari bahan bakunya yang nyleneh seperti misalnya sate kuda (di Gondolayu), sate bulus alias sate kura-kura (di kawasan Jetis). Juga bukan dikarenakan produk-produk makanannya yang unik macam Oseng-Oseng Mercon (di Jalan KHA Dahlan dan Suryowijayan), atau Sega Kucing (di warung-warung angkringan di berbagai pojok kota).

Namun, sensasi itu bisa jadi karena memang penjualnya yang kelewat percaya diri terhadap produk jualannya sehingga kurang peduli pada aspek pelayanan. Itu tercermin dari tempatnya yang terkesan rada jorok, tidak menyediakan toilet yang pantas, penyajiannya sangat sederhana dan pelayanannya pun terkesan semau gue.

Bayangkan saja, sementara kita ngebet ingin menikmati gurihnya mangut lele Yu Kini di Desa Ganjuran, Bantul, kurang lebih 15 kilometer selatan Yogya—yang untuk datang ke situ membutuhkan 35 menit dari pusat kota—sesampai di sana kita belum tentu bisa langsung makan. ”Kalau mau, ya nunggu. Aku durung ngliwet (saya belum menanak nasi),” ujar Yu Kini tanpa merasa bersalah.

Dan, biasanya, pelanggan hanya bisa mengumpat dalam hati meski tetap rela menunggu sampai nasi matang. Malah oleh para pelanggannya, warung Yu Kini terkadang dijadikan indikator kemujuran nasib. Kalau nasib baik, setiba di sana nasi telah tersedia. Kalau belum ada, ya anggaplah untuk berlatih menguji kesabaran.

Butet Kartaredjasa, Aktor dan Pemangsa Makanan Enak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com