Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (54)

Kompas.com - 20/05/2008, 06:24 WIB

            "Nanti para umat juga sembahyang di halaman," kata Muhammad, "di atas salju." Cahaya bermacam-macam warna memancar dari bangunan masjid dan menara tinggi. Damai dan menyejukkan.

Pukul delapan, perlahan-lahan langit menyemburatkan terang. Langit kelabu menggelayut, menambah dinginnya pekarangan berlapis salju. Tetapi dingin tidak mengurungkan niat ribuan orang yang datang ke masjid besar ini untuk bersembahyang. Pria-pria mengenakan chapan panjang, jubah tebal tradisi orang Tajik dan Uzbek. Ada yang polos berwarna gelap, ada pula dengan warna-warna membujur vertikal mengingatkan saya pada hikayat Nasruddin. Kakek-kakek memakai doppi, topi hitam kecil dari karton tebal, yang bertengger miring di sudut kepala. Tetapi kebanyakan para pria ini mengenakan topi musim dingin, hangat menutup telinga.

Tak terlihat perempuan sama sekali. Seperti kebanyakan negara-negara Asia Selatan, perempuan jarang sembahyang di masjid. Koridor masjid penuh dengan umat, yang kebanyakan datang dengan membawa sajadahnya masing-masing. Sudah tidak ada tempat lagi bagi jemaah yang terus berdatangan, selain halaman masjid yang dibungkus salju. Petugas masjid mulai menggelar matras tebal, bersaf-saf. Perlahan-lahan matahari mulai menyemburatkan cahaya pagi, dan masjid ini berkilau seperti emas di tengah putihnya padang salju.

            Allahuakbar.... Allahuakbar ....

Hening menyelimuti pelataran ini. Ribuan umat serempak bersujud dan berdiri. Dingin yang menusuk tulang tidak mengganggu kekhusyukan beribadah di salah satu tempat paling suci bagi Muslim dunia.

            Allahuakbar .... Allahuakbar...

Saya diselimuti keharuan yang luar biasa menyaksikan ribuan orang yang terpekur di hadapan Yang Maha Kuasa.

            "Eid mobarak! Bairam mobarak!"

Salat Eid berakhir dengan saling merangkul penuh tawa keceriaan. Perayaan eid sudah datang. Bairam yang penuh kegembiraan akan dimulai. Ribuan orang memenuhi pekarangan masjid, sibuk mengucapkan selamat kepada rekan-rekan. Ramai namun hangat, terlepas dari dinginnya bulan Desember. Saya malah hampir meneteskan air liur, membayangkan lezatnya makanan yang terhidang di meja-meja, dari kambing dan domba yang akan disembelih di hari Kurban Hayit ini.

            "Avgustin aka, Avgustin aka, ayo ke rumahku," kata si kecil Omid, bocah sebelas tahun, yang dengan penuh semangat menyeret saya, "di rumah bairam. Ayo... ayo... itu ayah ada di sana." Aka, dalam bahasa Tajik dan Uzbek, artinya kakak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com