Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (60)

Kompas.com - 28/05/2008, 08:24 WIB

[Tayang:  Senin - Jumat]

Registan

Siapa yang tak akan terpekur di bawah keagungan nama Samarkand? Sang pujangga Omar Khayyam tiada hentinya memuja kemuliaan kota ini, bahkan sebelum bangunan-bangunan molek raksasa itu berdiri. Di sinilah sang penakluk Amir Timur (dikenal juga sebagai Timurleng, Timur si Pincang), memulai kerajaannya yang menguasai wilayah dari padang rumput Asia Tengah hingga ke negeri India di timur dan Turki di barat. Di sinilah sang raja besar mendirikan gedung-gedung raksasa yang merupakan mahakarya tiada duanya. Di sini pulalah peradaban Islam pernah mencapai puncaknya.

Tiga bangunan raksasa diselimuti mozaik warna-warni yang menyembunyikan nama-nama agung Tuhan dan Nabi, berdiri gagah mengelilingi lapangan besar Registan. Salju yang kemarin lebat membasuh bumi, kini berpadu dengan cantiknya kerlap-kerlip dinding gedung-gedung kuno Registan, membangkitkan imajinasi saya yang melihat Aladdin sedang melambai-lambai di atas permadani terbangnya menyapa barisan kawanan unta pedagang sutra.

Sang pujangga besar Islam, Omar Khayyam, pernah menginjakkan kakinya di sini, di lapangan Registan. Kala itu, bangunan-bangunan raksasa ini masih belum berdiri. Lapangan Registan zaman Omar Khayyam adalah bazaar, pasar besar kota kuno Samarkand. Registan hari ini kembali lagi menjadi pasar, yang dikerumuni oleh tiga jenis manusia – pedagang suvenir, turis, dan satpam pemeriksa karcis.

Komplek kuno Registan pernah mencapai masa keemasannya ketika ketiga bangunan raksasa ini menjadi pusat dunia. Madrasah Ulughbek berdiri dengan gagah di sebelah timur. Pintu gerbangnya berbentuk persegi, setinggi 35 meter, diselimuti pernak-pernik aneka warna yang mengagungkan kebesaran Allah. Ulughbek, cucu raja Amir Timur pernah menjadi profesor matematika di madrasah ini. Pada zamannya madrasah ini pernah menjadi pusat pendidikan ilmu bintang, agama, dan filsafat.

Berhadapan dengan Madrasah Ulughbek adalah madrasah Shir Dor, yang dalam bahasa Tajik berarti 'Punya Singa'. Dinamai demikian karena pada gerbangnya yang didominasi sejuknya mosaik hijau dan biru, dihiasi oleh sepasang singa yang ditunggangi oleh matahari berwajah manusia. Dekorasi yang menggambarkan makhluk hidup pada arsitektur Islami seperti ini termasuk unik, karena penggambaran hewan dan manusia tidak dianjurkan dalam agama Islam.

Dari ketiga bangunan super besar ini, Madrasah Tilla-Kari (secara harafiah berarti 'bersepuh emas') adalah yang paling muda sekaligus yang paling mengundang decak kagum. Gedung masjid dari pertengahan abad ke-17 ini memilik sebuah mesjid yang mihrab dan langit-langitnya berlapiskan emas murni. Setelah sekian abad berlalu, emas yang melapisi kaligrafi-kaligrafi di dinding itu, walaupun masih mengundang decak kagum, sudah tinggal berapa persennya saja.

Mengapa Samarkand begitu indah? Amir Timur sang penghancur yang ganas itu, ternyata juga pecinta seni yang  agung. Para pematung, perajin batu dan pualam didatangkan dari negeri-negeri taklukan seperti Azerbaijan, Esfahan, dan Delhi. Perajin mosaik didatangkan dari Shiraz. Penenun, perajin gelas dan guci dari Damacus. Para artis ini sebegitu banyaknya sehingga kota Samarkand pada masa itu sampai-sampai penuh sesak oleh seniman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com