Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (62)

Kompas.com - 30/05/2008, 08:18 WIB

Satu jam berikutnya, Damas yang kami tumpangi berhenti di kota Altaryk, masih 60 kilometer lagi jauhnya dari kota Ferghana. Dari Altaryk banyak bus yang menuju Ferghana. Saya duduk di samping Halim. Harga karcis 700 Sum, sekitar 6.000 Rupiah per orang, dan Halim dengan suka cita membayar karcis saya. Saya mulai tersentuh dengan ketulusan hatinya.

Sampai di Ferghana, Halim bukan saja membelikan makan siang  kovurma laghman – bakmi goreng, malah menawarkan hendak membelikan saya baju dan celana jeans di pasar. Jujur saja, saya mulai meragukan kemurahan hati orang asing ini.

Desa Mindon masih sekitar setengah jam lagi dengan taksi. Kami berdua sampai di Mindon ketika langit mulai gelap. Halim berhenti dulu di tempat potong rambut, mencukur gundul kepalanya. Kemudian dia menyuruh saya cukur kumis. Halim membayar semua ongkosnya tanpa saya sempat berkata apa-apa.

Sekarang saya hanya bisa mengikuti Halim, si tiang listrik berjalan itu, menyusuri gang-gang berkelok di desa Mindon. Gelap gulita, dan saya sudah tidak tahu arah lagi, karena jalan gang ini ruwet seperti labirin. Nampak banyak tetua desa, semua mengenakan jaket hitam tebal dan doppi, topi tradisional Uzbek bersudut empat, melintasi jalan-jalan gang. Semuanya menyapa Halimjon. Nampaknya Halimjon adalah orang terkenal di kampung ini.

Halimjon membawa saya ke rumahnya, sekitar satu kilometer jauhnya dari jalan raya. Rumah ini cukup besar, ada kebunnya, tetapi sederhana. Tadi waktu di bus Halim cerita bahwa istrinya sedang hamil. Tetapi wanita yang sekarang diperkenalkan kepada saya ini kurus kering. Mungkin istri yang lain lagi. Tak sampai dua menit, Halim mengajak saya keluar.

            "Kita pergi ke apartemen di Ferghana saja," katanya. Apartemennya sendiri. Halim bilang tinggal di apartemen di Ferghana lebih nyaman. Saya bisa mandi air panas, tidur nyenyak, dan besok pagi-pagi dia akan mengantar saya ke Shakhimardan, salah satu tempat di Uzbekistan yang paling ingin saya kunjungi.

            "Di apartemen hanya akan ada kamu dan saya. Besok pagi kita berangkat," katanya sambil mengerling senyum.

Saya merasa sangat tidak enak. Kami naik taksi lagi balik ke Ferghana. Hari ini Halim sudah mengeluarkan banyak uang ke sana ke sini, hanya untuk melayani saya yang baru dikenalnya di dalam kendaraan. Di satu sisi, sukar sekali bagi saya untuk percaya, bahwa ini adalah keramahtamahan orang Ferghana yang konon bisa mengorbankan apa pun untuk tamu. Di sisi lain, saya mulai mempertanyakan ketulusan hati Halim.

Kami berdua tiba di Ferghana. Gelap total. Setelah beberapa kali gonta-ganti bus dan taksi, akhirnya kami tiba di sebuah komplek apartemen. Saya sudah benar-benar tidak tahu arah. Di mana ini? Saya menggantungkan nasib saya pada seorang asing yang baru saya kenal beberapa jam saja di kendaraan umum. Tetapi saya masih memegang omongan Temur, keramahtamahan orang Ferghana tiada tandingnya. Semoga tidak terjadi apa-apa, saya berdoa.

Halim membawa saya ke sebuah rumah di lantai dua apartemen kuno itu. Pintu terbuka. Remang-remang. Sinar lampu temaram merah jingga, mengingatkan saya kepada bilik-bilik prostitusi yang saya lihat di film-film. Ada beberapa orang wanita duduk di sana, bersama dua atau tiga bocah yang bermain mobil-mobilan. Seorang wanita menghambur ke arah Halim, bertukar salam.

Apartemen remang-remang inikah yang dijanjikan Halim sebagai tempat peristirahatan yang nyaman bagi saya di Ferghana? Saya masih belum sadar juga, bahwa nasib saya sedang di ujung tanduk.

(Bersambung)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com