Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (65)

Kompas.com - 04/06/2008, 09:28 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

Plov

Di sini sutra, di sana sutra. Kehidupan di kota sutra Margilan memang tak terpisahkan dari ipak, sutra. Tetapi yang membuat saya lebih terpukau adalah keramahan dan kemurahan hati orang-orang Lembah Ferghana, seperti yang telah saya dengar sejak lama.

Lembah Ferghana disebut-sebut sebagai jantungnya kebudayaan Uzbek. Bahasa Uzbek yang paling murni katanya berasal dari sini. Lembah ini ditinggali lebih dari 8 juta penduduk, yang menjadikannya sebagai tempat terpadat di seluruh penjuru Asia Tengah. Di sini pulalah agama Islam mengakar kuat dalam keseharian, bercampur dengan adat dan kebudayaan. Tetapi yang paling membuat penduduknya bangga adalah keramahtamahan yang konon tiada bandingannya di mana pun.

Tidak sulit untuk membuktikannya. Saya yang tidak sampai sehari di Margilan, langsung diajak Firuza Turdameyeva untuk menginap di rumahnya yang tersembunyi jauh di dalam gang di pinggiran kota Margilan. Gadis Uzbek yang cantik jelita ini bekerja sebagai desainer kain sutra.

Kulit Firuza putih bersih. Matanya besar dan bulat. Hidungnya mancung. Senyum selalu terkembang di bibirnya yang secantik delima. Wajahnya benar-benar boleh dikatakan sebagai kecantikan tipikal Uzbek, kecantikan yang berasal dari Lembah Ferghana. Tetapi Firuza bukan tipe gadis desa. Pakaiannya modis, roknya cuma sedengkul. Saya heran bagaimana dia bertahan dalam udara yang sedingin ini. Sepatu bot nya tinggi, dengan hak yang tak kalah tingginya, serta jaket bulunya bergaya Eropa. Rambutnya tergerai indah, menghamburkan sinar matahari yang menyeruak dari jendela.

Firuza tidak bisa Bahasa Inggris, dan Bahasa Uzbek saya parah sekali. Kami bercakap-cakap dalam Bahasa Rusia.

            "Mungkin tidak lazim seorang gadis mengundang laki-laki asing menginap di rumahnya begitu saja," saya mengutarakan kekhawatiran saya.

Lembah Ferghana adalah tempat yang paling konservatif di seluruh Asia Tengah. Agama Islam di sini bukan sekedar nama atau identitas belaka seperti di Kazakhstan atau Kyrgyzstan, dan seorang gadis muda yang mengundang pria asing menginap di rumahnya tentu bukan sesuatu yang sedap dipandang para tetangga.

            "Tidak apa-apa," katanya, "keluarga kami sangat suka kedatangan tamu. Ayah dan ibu saya pasti senang sekali berjumpa dengan kamu."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com