Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (69)

Kompas.com - 10/06/2008, 07:24 WIB

[Tayang:  Senin - Jumat]

Cermin Gulshan, Cermin Halmiyon (1)

Desa Gulshan di selatan kota Ferghana ini memang tidak tampak istimewa. Deretan rumah berbaris di sisi sebuah gang sempit yang tidak beraspal. Dari depan rumah kita tidak bisa melihat kehidupan si empunya rumah. Kultur orang Uzbek membungkus rumahnya rapat-rapat di balik tembok. Inilah satu hal yang membuat tempat ini berbeda. Orang-orang yang rumahnya di berada di sisi kiri gang memegang paspor Uzbekistan, sementara di sebelah kanan adalah warga negara Republik Kirghizia.

Saya masih terpesona dengan lapangnya ruang tamu di rumah Temur Mirzaev, seorang kawan Uzbek yang belajar Bahasa Indonesia di Tashkent. Ruangan ini begitu lapang, karpet-karpet merah menyala menghiasi dinding. Tiga buah bohlam lampu menggantung tersebar begitu saja di sudut-sudut ruangan. Tiba-tiba satu bohlam mati. Yang dua tetap nyala.

            "Listrik Uzbekistan putus," kata Saidullo. Listrik Uzbekistan? Maksudnya?
            "Lampu tadi disambung dengan listrik dari Uzbekistan," jelas Saidullo, "sedangkan yang dua ini pakai listriknya Kyrgyzstan. Musim dingin begini, biasa, listriknya Uzbekistan sering putus."

Ketika rumah-rumah lain kegelapan gara-gara pemadaman listrik mendadak, rumah ini tak akan pernah gelap gulita karena ada cadangan listrik dari negara tetangga.

Rumah Temur berada di sisi jalan yang menjadi wilayah Kyrgyzstan. Kakek Hoshim, Nenek Salima, Saidullo, istri Saidullo dan bayinya, semuanya adalah warga negara Kyrgyzstan. Tetapi, Temur punya paspor Uzbekistan dan ayahnya adalah warga negara Rusia. Penghuni rumah ini adalah tiga generasi dengan tiga kewarganegaraan.

Semua ini karena garis perbatasan yang melintang begitu saja di perkampungan. Gulshan adalah kampung yang dihuni oleh hampir seratus persen etnis Uzbek. Tetapi sebagian penduduk kampung ini ikut Kyrgyzstan. Waktu zaman Soviet dulu, ketika semua republik berpayung bersama di bawah panji-panji komunisme, tak ada yang peduli. Tetapi ketika Uni Soviet bubar dan republik-republik Asia Tengah ini bermunculan di atas peta dunia sebagai negara-negara baru dan berdaulat, orang-orang yang hidup di sini mulai tercekat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com