Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (71)

Kompas.com - 12/06/2008, 06:33 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

Cermin Gulshan, Cermin Halmiyon (3)

Garis perbatasan internasional yang melintang ke sana ke mari di Lembah Ferghana menciptakan kantung-kantung suku minoritas di mana-mana. Salah satu contohnya adalah Halmiyon. Desa orang Uzbek yang hanya sepuluh langkah kaki dari Uzbekistan kini merupakan bagian wilayah Distrik Osh, Kyrgyzstan. Anak-anak sekolah di Halmiyon berusaha keras belajar bahasa Kirghiz, menghafal hikayat kepahlawanan Manas, mengenal pernik-pernik adat bangsa nomaden, dan yang paling penting dari semua itu, menyamakan detak jantung dan deru nafas dengan saudara setanah air nun jauh di Bishkek sana.

Republik-republik baru bermunculan di atas peta Asia Tengah menyusul buyarnya Uni Soviet. Mulai dari Turkmenistan, Uzbekistan, Tajikistan, Kyrgyzstan, hingga Kazakhstan. Semuanya adalah negara-negara yang didirikan atas dasar ras dan etnik. Turkmenistan punyanya orang Turkmen, Uzbekistan untuk Uzbek, Tajikistan negeri bangsa Tajik, demikian pula Kyrgyzstan dan Kazakhstan bagi orang Kirghiz dan Kazakh. Kini kelimanya berdiri tegak sebagai negara-negara merdeka dan berdaulat penuh. Siapa lagi yang dulu membuat kelima negara etnik ini kalau bukan sang induk semang Soviet. Bahkan definisi suku-suku, mana yang disebut orang Uzbek, mana yang namanya Tajik, mana si Kirghiz dan si Kazakh, juga buatan Soviet.

Ketika Soviet bubar, negara-negara buatan ini berdiri di atas setumpuk masalah. Tidak perlu bicara soal ekonomi yang carut-marut ketika dunia dipenuhi ketidakpastian, bahkan hal-hal yang paling mendasar pun masih jadi problem yang harus dipecahkan. Identitas bangsa, syarat mutlak sebuah negara, masih harus diciptakan.

Mulailah para Stan bersaudara ini mencari-cari identitas mereka. Ramai-ramai mereka membuat bendera, lagu kebangsaan, lambang negara, mata uang, dan sejarah nasional. Ada yang langsung menghapus huruf-huruf Rusia dan menciptakan huruf Latin. Nama-nama jalan yang berbau komunisme semua diganti. Nilai-nilai kebudayaan nasional ditetapkan. Patung-patung Lenin dirobohkan, diganti patung-patung pahlawan nasional.

Berhubung pahlawan-pahlawan besar Asia Tengah muncul sebelum lahirnya kelima stan ini, muncul masalah lain. Negara mana yang berhak mengklaim si A ini pahlawan kita dan si B ini punya kamu? Gontok-gontokan pahlawan dan rebutan gono-gini peninggalan sejarah dan peradaban pun tak bisa dihindarkan. Garis-garis batas negara membawa pertikaian panjang akan sejarah, konsep, ideologi, identitas, peradaban yang tak pernah ada sebelumnya.

Lembah Ferghana, tempat di mana saya berada saat ini, adalah tempat yang paling ruwet permasalahannya. Lembah yang menjadi jantung peradaban Uzbek ini diiris-iris oleh Uni Soviet menjadi beberapa negara: Uzbekistan, Kyrgyzstan dan Tajikistan. Garis perbatasan saling menyilang dengan ruwetnya. Contohnya Gulshan yang punya garis batas mengiris jalan gang dan Halmiyon di mana orang-orang Uzbek sedang belajar keras bahasa dan sejarah Kirghiz.

Identitas bertumpuk dengan identitas. Dari pengamatan saya, identitas kesukuan lebih kuat dari kewarganegaraan. Seorang Kirghiz di Tajikistan lebih mendahulukan ke-Kirghiz-annya daripada ke-Tajik-annya, dan seorang Uzbek di Kyrgyzstan masih menganggap dirinya Uzbek daripada Kirghiz.

Setidaknya orang-orang Uzbek di Halmiyon tahu apa itu Kyrgyzstan, karena giatnya Bishkek menanamkan nilai-nilai kebangsaan di sini. Bapak Juma bercerita tentang sebuah wilayah Tajikistan, juga di Lembah Ferghana, tak jauh dari sini. Wilayah Tajikistan yang ini, seperti halnya Halmiyon, juga sebuah kampung yang hanya dihuni oleh orang-orang Uzbek. Tetapi daerah ini sangat terpencil dan Tajikistan tidak pernah peduli dengan tempat tak penting ini. Suatu hari, rombongan komrad datang dari Dushanbe, ibu kota Tajikistan, datang meninjau sekolah-sekolah di sini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com