SURABAYA, RABU- Keberlanjutan proyek energi listrik 10.000 MW kelak bertumpu pada penggunaan sumber energi terbarukan seperti air dan panas bumi. Potensi air, misalnya diperkirakan mampu menghasilkan energi 70.000 MW. Untuk tahap kedua proyek 10.000 MW perlu dibangun sepuluh bendungan baru.
Demikian diungkapkan Direktur Utama PT PLN (Persero) Fahmi Mochtar dan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (2/7).
”Ini konsekuensi dari potensi yang dimiliki Indonesia,” kata Fahmi seraya mengakui bahwa dari 70.000 MW potensi energi dari air, baru sekitar enam persen, atau 3.529 MW yang dimanfaatkan.
Ia menegaskan, strategi tersebut didukung oleh murahnya biaya operasional untuk pembangkit tenaga air (PLTA), yaitu Rp 140 untuk menghasilkan satu kWh. Pembangkit yang menggunakan batu bara memakan biaya Rp 500 per kWh. Ada pun pembangkit bertenaga diesel berbiaya Rp 3.000 per kWh.
Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto memperkirakan lebih dari sepuluh bendungan perlu dibangun untuk memenuhi 7.000 MW dalam proyek 10.000 MW tahap dua. Ia mengaku sudah memiliki data-data mengenai daerah yang berpotensi untuk dibuat bendungan, seperti di daerah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan beberapa provinsi di Jawa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.