Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berpromosi Bareng Truk Sampah

Kompas.com - 07/07/2008, 03:25 WIB

Membangun usaha bukanlah hal yang mudah, apalagi membangun usaha di negeri orang. Deyantono Candra (32) berhasil membangun usaha di Taipei sejak tahun 2000. Caranya sederhana, hanya berpromosi bareng dengan truk sampah yang berkeliling kota. Laki-laki kelahiran Surabaya, 4 Desember 1976, ini bercerita, sebenarnya usaha dia berdagang barang-barang produksi Indonesia di Taipei jauh dari cita-cita semula. Awalnya ia ingin berbisnis di bidang pertanian. Ia merintis usaha ini karena tidak rela antre sekian lama hanya untuk membeli sebungkus mi instan di toko yang menjual barang-barang dari Indonesia yang berlokasi di kota Taoyuan, sekitar satu jam perjalanan dari kota Taipei, Taiwan.

"Dulu, ketika saya kuliah bahasa Mandarin di Taipei, satu-satunya pelipur kangen adalah makan mi instan. Sayang, ketika itu, sekitar tahun 1999, hanya ada satu toko Indonesia di Taoyuan. Akibatnya, orang-orang Indonesia setiap hari Minggu berbondong-bondong berbelanja di toko ini. Bisa dibayangkan panjangnya antrean di toko kecil itu," kata laki-laki yang biasa disapa Dede ini mengenang.

Antrean di toko yang menjual produk Indonesia itu tentu saja panjang karena saat itu ada sekitar 30.000 tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Taiwan. Ini belum termasuk para mahasiswa Indonesia yang belajar di negeri ini. Melihat antusiasme orang Indonesia akan barang-barang dari Indonesia dan kesulitan mereka mendapatkan barang-barang tersebut, Dede lalu terpikir untuk membuka usaha yang sama. Dia lalu bekerja sama dengan seorang temannya yang asli Taiwan.

Namun, Dede sadar, tidak mudah membalikkan pikiran orang. Semua TKI di Taipei berpendapat, toko di Taoyuan adalah satu-satunya toko produk Indonesia dan mungkin yang terlengkap. Jika ia membuka toko Indonesia di Taipei, belum tentu didatangi konsumen karena TKI sudah terbiasa pergi ke Taoyuan. Untuk mengatasi kendala itu, Dede harus bisa mendapatkan tempat yang paling strategis buat tokonya. Dia lalu memilih sebuah toko yang berada dekat dengan Stasiun Utama Taipei. "Saya cegat dulu orang-orang yang mau naik kereta api ke Taoyuan agar mereka mau melihat toko saya," ujar Dede yang membuka toko pada tahun 2000.

Ke luar rumah

Agar lebih diketahui banyak orang, Dede pun menyebarkan pengumuman mengenai tokonya itu. Cara ia menyebarkan selebaran itu unik. Dede mengikuti truk sampah yang setiap malam berkeliling mengambil sampah dari berbagai penjuru kota.

Apa hubungan sampah dengan toko Indonesia?

Katanya, membuang sampah adalah salah satu kesempatan bagi para pekerja Indonesia ke luar rumah. Ketika itulah mereka bertemu dengan teman atau tetangga. Ada juga TKI yang memakai kesempatan membuang sampah untuk menelepon atau membeli keperluan pribadi di toko yang beroperasi 24 jam. Cara yang ditempuh Dede itu ternyata tak keliru. Tidak memakan waktu lama, toko Indo Jaya miliknya sudah ramai dikunjungi orang Indonesia yang tinggal di Taiwan. "Antreannya juga sama panjangnya dengan antrean di toko yang ada di Taoyuan. Begitu banyaknya orang yang membeli hingga setiap minggu saya harus memesan barang lagi dari Indonesia," kenangnya.

Dari pengalamannya selama ini, menurut Dede, memasukkan barang ke Taiwan relatif tidak sulit. Barang dari Indonesia itu memang harus melewati jalur pemeriksaan yang ketat. Namun, Dede tidak perlu mengeluarkan uang pelicin atau biaya tambahan sepeser pun sehingga tidak membuat biaya usahanya membengkak. Produk Indonesia yang dijual Dede sangat beragam, mulai dari mi instan, sambal botol, camilan, sambal pecel, bumbu siap masak, kecap, kosmetik, kartu telepon murah, hingga kaset musik dan VCD atau DVD film.

Berkembang

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com