Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Helikopter" Mencemari Kali Tengah dan Kali Surabaya

Kompas.com - 27/07/2008, 17:10 WIB

GRESIK, MINGGU - Sedikitnya 205 WC terapung, 218 tempat pembuangan sampah sementara dan 25 saluran pembuangan limbah industri mencemari sungai Kali Surabaya. Sementara kondisi air di Kali Tengah Gresik hitam pekat yang diduga kuat akibat pembuan gan limbah industri.

Hal tersebut merupakan hasil temuan dan pantauan klub lingkungan Sahabat Air dari SMA Negeri Driyorejo dan SMA Wringinanom Gresik, SMA AL Falah, SMP Negeri 16 Surabaya dan SMP Ciputra, SMP Santa Maria, SMA Negeri 4 dan SMA Negeri 5 Surabaya mulai Kamis (2 4/7) hingga Minggu (27/7) dari hulu sampai hilir Kali Surabaya.

Koordinator Program Sahabat Air Manager Pendidikan Lingkungan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan-lahan Basah (Ecoton) Andreas Agus Kristanto Nugroho Minggu (27/7) menyebutkan tujuh Sekolah Anggota Sahabat Air pada (24/7) hingga (25/7) yang meneliti Kali Surabaya menemukan 205 WC terapung yang merupakan sumber pencemaran organik berupa tinja (feses). Itu mengakibatkan pencemaran organik. WC terapung ini di kalangan masyarakat setempat dijuluki 'helikopter'.

Tim Sahabat Air juga menemukan 25 saluran pembuangan limbah industri umumnya berupa kertas dengan limbah cair berupa cairan keruh yang mempengaruhi jumlah biota yang ditemukan di sekitar tempat pembuangan. Selain itu ditemukan 218 tempat sampah sementara di kawasan yang ada di kanan kiri sungai menjadi kawasan pembuangan sampah sampai menumpuk. "Pada musim hujan dapat dipastikan sampah terikut hanyut ke dalam aliran air," kata Andreas.

Anggota Sahabat Air dari SMA Negeri 1 Driyorejo yang memantau sumber pencemaran di Kali Surabaya dan Kali Tengah selama dua hari Sabtu (26/7) dan Minggu (27/7) menemukan fakta di kawasan industri Driyorejo masih ditemukan beberapa industri yang membuang limbah berwarna hitam. Warna air sungai yang semula jernih menjadi hitam pekat. Rencananya sahabat air akan melaporkan pelanggaran industri ini pada instansi pengelolaan lingkungan di Gresik dan Jawa Timur.

Pemantauan buangan limbah industri dilakukan oleh empat 4 pelajar SMA Negeri Driyorejo yakni Shinta Yuliana, Rizka Auliyatus Sadiyah, Ayu Prameswari, Ayu Fidya dengan pembimbing guru pengajar Biologi Mutmainah. Anggota Sahabat Air memantau sumber warna hitam di Kali Tengah. Dari penelusuran sepanjang 7 kilometer ditemukan sumber limbah yang membuat air Kali Tengah dan Kali Surabaya berwarna hitam.

Limbah tersebut diduga berasal dari PT Tp, produsen tikar plastik yang berada dalam kawasan pabrik PT IM di Desa Kesamben Wetan Driyorejo dan PT WS. Dugaan tersebut dikuatkan dengan data parameter kandungan oksigen terlarut (KOT) yang menyusut pada lokasi sebelum buangan limbah perusahaan tersebut dibandingkan dengan KOT lokasi setelah buangan limbah.

Sebelum melewati PT Tp KOT menunjukkan angka 7 ppm (part per million) artinya dalam sejuta liter air mengandung tujuh liter oksigen dan masih memenuhi standar kualitas air minum. "Namun setelah air sungai bercampur dengan limbah PT Tp KOT menurun drastis menjadi 1 ppm atau jauh di bawah standar air baku untuk bahan air minum," ujar salah seorang anggota Sahabat Air SMA Negeri Driyorejo Shinta Yuliana.

Menurut dia selain membawa pengaruh penurunan KOT limbah cair ini juga meningkatkan kekeruhan air dari 10 ntu (nephelometric turbidity unit/satuan kekeruhan air) menjadi 200 ntu. Kadar kelembabaan (pH) air dari 7 menjadi 9 sementara TDS (Total Dissolved S olid) dari 130 ppm menjadi 596 ppm. Kenaikan TDS di air menunjukkan terjadinya penambahan senyawa-senyawa logam berat dan senyawa kimia yang sulit diuraikan oleh air.

Rizka Auliyatus Saadiyah menambahkan timnya juga menemukan beberapa pelanggaran pembuangan limbah oleh industri. Pelanggaran itu berupa saluran buangan yang tersembunyi dan buangan limbah yang bercampur dengan limbah padat seperti plastik dan sampah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com