Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (6): Kerajaan yang Hilang

Kompas.com - 11/08/2008, 07:37 WIB

         “Kim!!! Seum!!!” saya berseru.

Sepasang sejoli Korea itu berseri-seri. Mereka menceritakan betapa beratnya perjalanan dengan bus dari Kargilik sampai ke Ngari. Kim, si gadis, muntah-muntah sejak datang. Seum, pusing-pusing. Begitu sampai di kota ini, mereka berdua langsung terkapar di losmen murah. Seharian penuh.

          “Tetapi senang sekali,” kata Kim, “akhirnya kami bisa mandi air panas. Segar.” Saya mengusap-usap rambut saya yang sudah kusut dan kulit yang berkerak.
          “Mau ke mana? Ke Gunung Dewa?” saya bertanya.

Seum langsung mengeluarkan catatan fotokopiannya yang menjadi penuntun hidup kedua petualang Korea itu.

         “Bukan, kami mau ke Zanda. Ada peninggalan Kerajaan Guge, sebuah kerajaan yang hilang!”

Saya tidak banyak tahu tentang kerajaan ini, hanya pernah mendengar tentang kisah kerajaan Budha di pegunungan cadas yang tahu-tahu lenyap karena rajanya dibaptis pendeta Kristen. Tak ada salahnya juga ikut mereka, walaupun kami bertiga juga tidak tahu bagaimana caranya ke sana.

Fotokopian dan stensilan panduan milik Seum menunjukkan bahwa untuk menuju ke kerajaan kuno itu pertama-tama kita mesti menyusuri jalan raya ke arah Gunung Dewa di selatan, hanya beberapa puluh kilometer. Lalu turun di desa kecil bernama Naburu atau Namru, tempat pertigaan. Ambil jalan ke arah barat sejauh 200 kilometer sampai ke Zanda, tempat istana kerajaan Guge dulu pernah bertahta.

Kedengarannya tak sulit. Saya langsung membantu mereka menyetop taksi, dan akhirnya ikut juga. Harga angkutan sangat tak murah. Dua ratus Yuan hanya untuk ke Namru. Untung dibagi bertiga.

Jalan beraspal mulus, tampaknya masih baru. Di kanan kiri yang ada cuma gunung salju laksana tembok tinggi, padang gersang dan lembah hijau, langit biru kelam, dan arak-arakan megah. Tak ada tanda-tanda kehidupan. Dunia yang indah ini kosong melompong. Alam yang cantik ini sekaligus adalah tempat hidup yang ganas dan kejam.

Di pertigaan Namru ada seorang pria yang melambai-lambaikan tangan dengan penuh semangat. Postur tubuhnya tinggi, terbalut jaket tebal. Nampaknya orang asing.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com