Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/08/2008, 09:38 WIB

Dengan kekayaan yang dimiliki Pemerintah Daerah Kalimantan Timur, membuat Dayak Cultural Village yang lebih bagus daripada SCV hanyalah soal political will.

Di Samarinda, sejak enam bulan yang lalu, untuk pertama kalinya telah hadir sebuah rumah makan yang menyajikan masakan Dayak dari subrumpun Lundayeh. Selama ini yang saya dengar hanyalah tentang enam rumpun Dayak mainstream, yaitu: Kenyah-Kayan-Bahau, Iban, Ot Danum, Murut, Klemantan, dan Punan. Keenam rumpun itu terbagi lagi dalam sekitar 400 sub-rumpun. Jangan heran bila mendengar nama-nama sub-rumpun yang sebelumnya tidak pernah Anda ketahui, seperti: Bidayuh, Kanayatn, Orang Ulu, Melanau, dan lain-lain.

Kaum Dayak memiliki palasar palaya’ (tanah ulayat) di seluas Kalimantan, termasuk: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Sebagian kecil juga dapat dijumpai di Sarawak, Malaysia. Dalam literatur penjajah Hindia-Belanda bahkan dikenal atau diakui adanya Afdeeling Dajaklanden yang merupakan tanah ulayat rumpun Dayak Ngaju. Lokasinya sekarang berada di Kalimantan Tengah – sebuah provinsi yang telah beberapa kali berhasil dipimpin oleh putra Dayak sebagai gubernur.

Lundayeh adalah satu subrumpun yang memang tidak seberapa besar. Mereka bermukim di sekitar Kerayan dan Malinau di Kalimantan Timur. Warung Lundayeh ini menyajikan hidangan khas Dayak, khususnya dari subsuku Lundayeh sendiri. Tetapi, mungkin karena belum banyak yang mengenal kuliner Dayak, maka warung ini juga menyediakan berbagai menu yang lebih akrab bagi orang awam, seperti masakan rica-rica dan bakar-bakaran.

Tentu saja saya tidak ingin kehilangan kesempatan mengenali kuliner Dayak dalam kesempatan kunjungan pertama ke sana. Yang saya pesan adalah  luba’ laya’, biter sayur, daun ubi tumbuk, dan ikan mas rebus.

Dalam bahasa Dayak, luba’ berarti nasi, dan laya’ berarti empuk atau lembek. Nasinya terus-menerus diaduk selama proses memasak, sehingga hasilnya adalah setengah bubur setengah nasi. Bubur padat yang masih panas ini kemudian dibungkus dengan daun pisang, sehingga aroma daun membuat nasinya harum.

Luba’ laya’ biasanya disantap dengan biter sayur, yaitu semacam sayur bening yang dibuat dari daun bayam dan daun gedi (daun yang banyak dipakai dalam pembuatan tinutu’an atau bubur manado). Biter sayur ini hanya dibumbui sedikit garam – tanpa kencur maupun bawang merah seperti bila membuat sayur bening. Warna daunnya hijau cantik karena memang hanya direbus sebentar. Daun gedi membuat kuahnya sedikit kental berlendir. Minimalis, tetapi segar.

Selain biter sayur, jenis sayuran lain yang disukai orang-orang Dayak Lundayeh adalah daun ubi tumbuk. Teman-teman dari Sumatra Utara jangan dulu bersorak. Sayur daun ubi tumbuk khas Dayak ini sangat berbeda penampilannya karena tidak disajikan berkuah. Daun singkong ditumbuk, direbus sebentar dengan garam dan bawang merah, dicampur dengan tetelan sapi yang sudah dicincang. Saya duga, di pedalaman sana campurannya adalah lemak babi.

Secara tekstur, baik biter sayur maupun sayur daun ubu tumbuk sangat padan untuk mendampingi luba’ laya’. Karakter lunak merupakan ciri penting dalam kuliner Dayak.

Proteinnya pun disajikan dalam tekstur lembek pula. Ikan sungai yang mereka sukai adalah ikan mas, patin, dan nila. Ikannya direbus utuh dengan bumbu minimalis pula. Rasanya maupun penampilannya sangat mirip dengan kuah asam di Sulawesi Utara. Juga dengan daun kemangi yang membuat masakannya harum.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Wisata di Singkawang, Kalimantan Barat, Ada yang Gratis

5 Wisata di Singkawang, Kalimantan Barat, Ada yang Gratis

Jalan Jalan
Tren Fitur Sandaran Kursi Pesawat Kelas Ekonomi di AS Akan Dihilangkan

Tren Fitur Sandaran Kursi Pesawat Kelas Ekonomi di AS Akan Dihilangkan

Travel Update
3 Rekomendasi Kafe Kucing di Bandung

3 Rekomendasi Kafe Kucing di Bandung

Jalan Jalan
Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com