Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (34): Tashi Delek

Kompas.com - 18/09/2008, 06:43 WIB

Matanya berkaca-kaca. Ia menunjukkan bekas luka di lengan kirinya. Di mata saya seperti luka sudutan rokok, tetapi katanya itu terjangan peluru. Ia tak mengijinkan saya memotret wajahnya.

          “Itu berbahaya sekali! Mata-mata China ada di mana-mana.”

Kemudian kisah-kisah sedihnya berlanjut terus, dibumbui dengan kecintaan terhadap Dalai Lama dan perjodohan Budha. Demikian diulang-ulang terus.

          “Aku tahu Budha pasti akan menolongku. Aku yakin pertolongan Budha. Dan benar, Budha mempertemukanku denganmu di sini.”

‘Pertolongan’ yang ia maksud adalah sumbangan dana. Saya sudah merasakan gelagatnya. Dalam keadaan seperti ini, saya balik bercerita tentang kemalangan saya yang mungkin bahkan lebih malang daripada perjalanan hidupnya. Saya bercerita kalau harga visa India dinaikkan, mahal sekali. Kemudian tentang dua kamera saya yang rusak. Kalau ia berkaca-kaca waktu bercerita tentang tentara China yang menyiksanya, saya hampir menangis menceritakan kisah sedih saya yang juga setumpuk banyaknya. Ia hanya menggeleng-geleng, seperti orang mendengar dengan seksama. Tetapi saya tahu, cerita saya bukan jawaban yang ingin didengarnya. Saya mengembalikan kalungnya, yang langsung disimpannya cepat-cepat ke balik kemejanya.

Begitu melangkah keluar dari restoran ini, saya melangkah ke kanan. Si bapak melangkah ke kiri. Ia langsung lenyap begitu saja. Pertemuan kami, yang tak lebih dari tiga puluh menit, langsung menguap dalam keramaian jalanan Kathmandu. Tak ada salam perpisahan yang mengakhiri perjumpaan tak terduga ini. Mungkin sang bapak tergesa-gesa mencari-cari perjodohan lain. Mungkin sebentar lagi ada orang asing lain yang lebih beruntung, dituntun langkah takdirnya untuk berjumpa dengan Sang Guru Agung, mendapat jimat sakti peninggalan Dalai Lama, dan berbahagia telah mengabdikan darma.


(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com