Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teluk Lampung Tercemar Berat Bahan Organik dan Nutrien

Kompas.com - 23/10/2008, 18:42 WIB

BANDAR LAMPUNG, KAMIS - Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung memastikan berbagai aktivitas yang diikuti pembuangan limbah langsung ke Teluk Lampung sudah mencemari perairan tersebut. Teluk Lampung diketahui mengandung bahan organik dan unsur-unsur nitrogen yang tinggi sehingga berbahaya bagi ikan dan udang.

Kepala BBPBL Lampung, M Murdjani, Kamis (23/10) pada Seminar Seminar Tripartit yang dihadiri pelaku usaha perikanan udang dan kerapu, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Kabupaten Pesawaran mengatakan, kegiatan-kegiatan yang sangat berpengaruh terhadap kualitas air di perairan Teluk Lampung adalah kegiatan industri, rumah tangga, pertanian, dan pertambakan. Berbagai kegiatan itu memberi kontribusi masuknya limbah yang cukup tinggi serta terus menerus ke Teluk Lampung.

Untuk mengetahui kualitas air Teluk Lampung, petugas BBPBL Lampung mengambil contoh air di enam titik yang tersebar di Teluk Lampung dan menelitinya mulai JanuariAgustus 2008. Enam titik itu di Tanjung Putus, Puhawang, Ringgung, Teluk Hurun, Tarahan, dan Kalianda.

Di enam titik tersebut, selain aktivitas rumah tangga dan industri, aktivitas yang paling banyak adalah aktivitas pertambakan udang intensif dan keramba jaring apung (KJA) dengan budidaya utama kerapu.

Contoh air dari enam titik di Teluk Lampung diuji di laboratorium untuk mengukur kandungan nutrien, kandungan total bahan organik (TOM), dan mengindentifikasi plankton. Hasil pengukuran dan pengujian menunjukkan kualitas oksig en terlarut (DO), suhu, pH, serta kadar garam atau salinitas di enam lokasi itu relatif stabil.

Namun untuk pengukuran TOM antara satu lokasi dengan lokasi lain fluktuatif. Konsentrasi tertinggi ada di Teluk Hurun dengan kandungan di atas 60 ppm. Lokasi kedua yang mengandung konsentrasi TOM tinggi ada di Tanjung Putus sekitar 48 ppm sementara di Tarahan sekitar 40 ppm.

Untuk kandungan nutrien, konsentrasi nutrien di Teluk Hurun dan Tanjung Putus cenderung lebih tinggi dibanding empat lokasi lain. BBPBL Lampung memastikan dilihat dari banyaknya kegiatan budidaya perikanan baik KJA maupun tambak udang intensif di sepanjang pesisir Teluk Lampung khususnya di lokasi itu memberi kontribusi peningkatan masuknya limbah organik ke perairan.

Tambak udang memberi kontribusi peningkatan kandungan nutrien dari pembuangan limbah tambak yang tidak melalui pengolahan atau perlakuan, sehingga limbah tambak yang mengandung sisa-sisa makanan langsung terbuang ke laut. Hal demikian juga berlaku bagi KJA.

Tingginya kandungan unsur nutrien ini berbahaya karena dapat mempengaruhi tingkat kesuburan perairan dan memicu peningkatan plankton. "Apabila yang meningkat adalah beberapa spesies dari plankton yang beracun atau dari kelompok dinoflagellata, maka akan berbahaya bagi manusia," ujar Murdjani.

Menurut Murdjani, manusia bisa keracunan karena plankton-plankton tersebut terakumulasi dalam ikan atau udang. Penderita bisa mengalami gangguan syaraf, pusing, sakit perut/diare, serta kejang-kejang.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Lampung, Untung Sugiyatno mengatakan, tingginya tingkat pencemaran dapat berbahaya bagi budidaya perikanan udang dan KJA. "Sudah saatnya pemilik usaha perikanan mawas diri," ujarnya.

Tambak-tambak yang tidak dilengkapi dengan unit pengolahan limbah (UPL) sebaiknya segera melengkapi diri dengan UPL. Sementara KJA disarankan untuk tidak asal membuang sisa-sisa pakan ke dalam perairan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com