Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wah... Jerami Bisa Hasilkan Listrik

Kompas.com - 24/10/2008, 16:32 WIB

MEDAN, JUMAT- Perusahaan asal Rusia JSC PromSviaz Automatika berencana membangun pembangkit listrik menggunakan energi terbarukan berupa limbah tanaman padi, jerami, dan sekam di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Nantinya, pembangkit listrik ini memiliki kapasitas 10 mega watts, dan bisa ditingkatkan hingga 20 MW, tergantung ketersediaan jerami dan sekam.

Hari Jumat (24/10) ini, Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai menandatangani nota kesepahaman tentang pembangunan pembangkit listrik ini dengan perwakilan JSC PromSviaz, PLN Wilayah Sumatera Utara, dan perwakilan Babcock and Brown, lembaga finansial asal Australia yang rencananya mendanai pembangunan proyek tersebut.

Menurut Sahat M Sinaga perwakilan Xoma Power Nusantara, perusahaan yang akan menggandeng JSC PromSviaz dan Babcock and Brown, pembangkit listrik menggunakan sumber energi dari jerami dan sekam padi termasuk baru di Indonesia, meski pembangkit sejenis sudah ada di Thailand dan Rusia.

Tidak banyak yang tahu jerami dan sekam padi punya kandungan kalori yang cukup tinggi, sekitar 3.180 kalori per kilo gram. Orang sering salah menganggap pembakaran jerami hanya menghasilkan karbon. Kalau batu bara yang dijadikan sumber energi listrik memiliki kalori senilai 5.000 hingga 6.000 kalori per kilo gram.

"Dengan teknologi yang dimiliki Rusia, pembakaran jerami dan sekam pada suhu tertentu bisa memanaskan tungku boiler untuk menggerakkan turbin," kata Sahat.

General Manager PLN Wilayah Sumut Manarep Pasaribu menyambut baik kerja sama ini. Menurut dia, saat ini mayoritas pembangkit yang ada di Sumut berbahan bakar minyak (solar jenis high spe ed diesel dan marine fuel oil), sehingga jika ada swasta yang membangun pembangkit menggunakan energi terbarukan, bisa membantu menurunkan biaya produksi listrik PLN.

"Tentu saja nanti listrik yang dihasilkan bisa dijual ke PLN dengan harga keekonomian menurut kami. Sebagai ukuran, kami mensubsidi pelanggan untuk satu KwH (kilo watts hour) sebesar Rp 1.600. Tingginya angka subsidi ini karena ongkos produksi listrik PLN di Sumut r ata-rata mencapai Rp 2.500 per KwH," kata Manerep.

Sahat mengungkapkan, untuk menghasilkan listrik sebesar 10 MW diperlukan kurang lebih 80.000 ton jerami dan sekam. Dengan catatan semua sekam dan jerami bisa terkumpul sebanyak itu. "Saat ini kami tengah memproses studi kelayakan penggunaan jerami dan sekam di Sergai dan kabupaten-kabupaten sekitarnya," katanya.

Bupati Sergai T Erry Nuradi mengatakan, saat ini yang diperlukan pengembang tinggal jaminan ketersediaan bahan baku berupa jerami dan sekam padi. Menurut Erry, dengan total luas panen di Kabupaten Sergai 78.000 hektar pertahun, wilayahnya mampu memasok kebutuhan jerami dan sekam untuk pembangkit listrik tersebut.

Dari 78.000 hektar luas panen di Sergai, jerami yang dihasilkan sekitar 400.000 ton jerami dan 80.000 ton sekam.

Belum lagi kalau jerami dan sekam ini bisa kami kumpulkan dari daerah-daerah di sekitar Sergai seperti Deli Serdang, Batubara dan Simalungun. "Tentu akan lebih banyak lagi jerami dan sekam yang bisa dimanfaatkan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com