Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kandungan Limbah Berlebih, Air PDAM Keruh dan Amis

Kompas.com - 29/10/2008, 22:27 WIB

SURABAYA, RABU - Memasuki musim hujan, kandungan bahan organik di Kali Surabaya melonjak hingga 25 part per million atau ppm dari batas normal 10 ppm. Sedangkan kandungan oksigen terlarut dalam air hanya 0,4 ppm atau jauh lebih rendah dari batas normal 4 ppm. Akibatnya, air produksi Perusahaan Daerah Air Minum Surabaya keruh dan berbau amis karena kandungan limbah yang berlebih.  

Kepala Hubungan Masyarakat Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Surabaya Sunarno, Rabu (29/10) di Surabaya mengatakan, perubahan warna dan bau air PDAM mulai terasa sejak Senin (27/10) saat hujan besar mulai turun di sepanjang aliran Kali Surabaya. "Saat hujan turun, limbah sejumlah industri yang mengendap ikut terlarut dan mengalir ke hilir," ujarnya.

Akibat peristiwa ini, sekitar 387.000 pelanggan PDAM Kota Surabaya terpaksa mengonsumsi air minum yang keruh dan berbau amis. Selain menyebabkan perubahan warna dan bau, terjadi pula fenomena matinya ribuan ikan di sepanjang pintu air Karang Pilang hingga Kali Tengah.  

"Kami menerima ratusan keluhan dari pelanggan. Karena itu kami segera melakukan langkah antisipasi," kata Sunarno.

Beberapa langkah yang dilakukan PDAM Kota Surabaya yaitu, penambahan oksigen terlarut dalam air (airasi), penambahan karbon aktif untuk mengurangi perubahan bau dan rasa, pemberian khlorin sebagai disinfektan dan mengurangi bahan organik, serta pencucian filter air dari racun limbah. Setelah dilakukan tindakan, warna air PDAM mulai jernih sejak Selasa malam meskipun di beberapa tempat bau amis air masih terjadi.

Surat Teguran

Menyikapi hal ini, pihak PDAM Kota Surabaya melayangkan surat teguran kepada Perum Jasa Tirta I (PJT I). Dalam suratnya, PDAM Kota Surabaya mendesak PJT I untuk segera melakukan pengerukan sedimentasi Kali Surabaya, pengawasan ketat terhadap pembuangan limbah industri, optimalisasi alat pemantau pencemaran air, serta peringatan dini saat terjadi penurunan kualitas air baku.  

Langkah ini harus ditindaklanjuti karena PJT I merupakan perusahaan penyedia air baku. "Jika kualitas air baku yang disediakan buruk, maka kami kesulitan melakukan pengolahan. Padahal setiap bulan kami membayar biaya retribusi hingga Rp 1 miliar," ucap Sunarno.

Kepala Divisi Jasa Air dan Sumber Air IV Perum Jasa Tirta I (PJT I) Widyo Parwanto mengatakan, sebagai perusahaan operator penyedia air baku, pihaknya tak memiliki wewenang untuk melakukan teguran tegas pada sejumlah industri di sepanjang Kali Surabaya. Namun demikian, pihaknya selalu rutin mengambil sampel air dan melaporkan hasil penelitian kepada Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur.

Menurut Widyo, di sepanjang Kali Surabaya terdapat sekitar 92 industri dan 10 di antaranya adalah industri besar. Sedangkan, di sepanjang Kali Tengah yang merupakan anak sungai Kali Surabaya terdapat 19 industri.

Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah Ecoton Prigi Arisandi menambahkan, pengawasan limbah di sepanjang Kali Surabaya sangat lemah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001, kewenangan pengelolaan dan pengendalian sungai berada pada Gubernur.

"Hanya gubernur yang berwenang mengeluarkan dan mencabut izin pembuangan limbah cair ke sungai. Karena itu, gubernur harus tegas memberikan sanksi administratif berupa pencabutan izin pada industri-industri yang membuang limbah ke sungai tanpa pengolahan optimal," ujarnya.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Travel Update
Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Travel Update
ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com