Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (80): Kota Suci

Kompas.com - 21/11/2008, 07:28 WIB

Dari tiga dewa utama agama Hindu, Shiva – sang dewa perusak – adalah yang paling banyak dipuja. Kuil Brahma hampir tidak ada sama sekali. Selain di Pushkar, ada beberapa lagi kuil pemujaan Brahma – sang dewa pencipta – di India, tetapi jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Seperti di Varanasi (atau Benares), para peziarah Hindu mencelupkan diri dalam air suci di anjungan ghat.. Danau suci Pushkar dikelilingi 52 ghat yang usianya tak lebih dari 300 tahun. Kuil berbagai dewa juga memadati daerah sekitar danau.

Selain peziarah dan turis, Pushkar juga dipenuhi orang suci atau sadhu. Yang dinamakan sadhu adalah orang yang membaktikan hidupnya demi spiritualitas. Mereka mengorbankan semua kesenangan duniawi, mengembara ke segala penjuru, hidup dari belas kasihan alam, menjalani penderitaan yang tak berbatas demi mencapai pencerahan. Dalam nuansa India hari ini yang dipenuhi oleh modernisasi, turisme, dan materialisme, sulit membedakan mana yang sadhu sungguhan, mana yang sadhu gadungan.

          “Sir, Madam, kalian harus ambil bunga suci dariku kalau ingin mendekat ke danau,” kata seorang ‘sadhu’ berbaju dan selempang kuning merah, berkulit gelap, berkepala botak, dengan wajah penuh coret moret yang menandakan ‘kesuciannya’.

Kami tidak pernah melihat ada papan pengumuman turis yang mendekat ke danau harus memasang bunga. Sadhu itu terus menguntit kami berdua, menawarkan bunga dan pemberkatan darinya, dan menjamin pemberkatan itu akan berlaku selama tiga hari. Pemberkatan, dengan pembubuhan tikka di dahi dan pengikatan gelang suci, tentunya bukan barang gratis. Mirip karcis, turis harus diberkati dulu sebelum diizinkan mendekat ke arah danau suci. Di sekitar danau, ada lusinan ‘orang suci’ yang berkeliaran menawarkan pemberkatan.

           “Sekarang sudah sore,” sanggah saya, “mending kamu memberkati kami berdua besok pagi saja, biar kita tidak rugi juga.”

Sang ‘sadhu’ tak kehabisan akal.

          “Kamu harus janji, besok pagi ambil pemberkatan dari saya. Sekali kamu menerima pemberkatan saya, Brahmana lainnya tidak akan ‘mengganggu’ kamu lagi.”

Dia sendiri sebenarnya sadar apa yang dilakukannya adalah itu adalah ‘mengganggu’. Tetapi kepalanya sudah dipenuhi uang dan uang, di balik kedok baju suci dan dandanannya yang melepaskan keduniawian, benaknya terpenjara oleh nafsu materialisme.

          “Pokoknya besok harus menerima pemberkatan dari saya. Promise? Promise, OK?”

Kami berlenggang meninggalkannya.

 

(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com