Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (81): Pasar Unta

Kompas.com - 24/11/2008, 10:36 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

Purnama berpancar penuh di Bulan Kartika. Kartik Purnima, purnama yang membawa keberuntungan, bersinar di antara atap mandir yang menjulang. Asap dupa bertebar, kolam suci memancarkan sinar. Dan kota Pushkar dipenuhi segala jenis hewan ternak.

Kartik Purnima diagungkan oleh umat Hindu, Sikh, dan Muslim India. Jatuhnya di sekitar bulan November. Ketika bulan bersinar sepenuh-penuhnya, kolam suci menjanjikan penyucian diri yang paling sempurna. Umat Hindu dari seluruh penjuru negeri berdatangan ke kolam Pushkar. Mulai dari sadhu yang berbungkus kain kumal, berselimut aroma dupa dan wangi bunga, hingga ke peziarah jelata yang datang berombongan dalam bus pariwisata.

Pada saat yang bersamaan, padang pasir Pushkar menjadi arena pasar unta terbesar di dunia. Suku-suku pengembara padang gurun mengadu nasib di sini, mentransformasi kekayaan potensial mereka menjadi gepokan uang. Seekor unta mencapai 20 ribu Rupee, harta karun paling utama bangsa pengembara. Bukan hanya unta, ada pula kambing, domba, kuda, dan segala macam ternak lainnya.

           “Saya datang dari Nagaur,” kata pria bersurban berkumis tebal dan bermata garang, “Empat hari jauhnya jalan kaki dari sini.”

Sang pedagang unta membawa tiga ekor unta besar dan dua kuda gagah, mendirikan kemah kecil di tengah padang untuk tinggalnya dan bocahnya. Mereka sekeluarga sudah datang di sini sejak seminggu lalu, dan masih akan tinggal seminggu lagi. Ia mengharapkan bisa mendapatkan ratusan ribu Rupee dari festival pasar unta ini.

Tetapi tak mudah. Di sini ada puluhan ribu ekor unta dari ribuan pedagang seluruh penjuru padang pasir Rajasthan. Hingga seminggu ini, sang pedagang belum mendapat uang sepeser pun, malah harus tekor banyak untuk sewa tempat dan uang makan.

Yang paling penting adalah sebisa mungkin menarik perhatian pembeli, yang jumlahnya sangat terbatas. Unta dihias semenarik mungkin, seperti gadis ayu yang ikut kontes kecantikan. Celak hitam dilukis dengan kuas di sekeliling matanya, wajahnya, sekujur tubuhnya, membuat binatang ini lebih mirip badut lucu. Rambut-rambut halus di sekitar telinga dan lehernya dipangkas oleh pemiliknya, yang kini merangkap sebagai tukang cukur bergunting panjang. Bulu di punggungnya yang besar dipangkas dengan guntingan rumput, dengan menyisakan sedikit rambut di bagian punggung atas supaya lebih modis dan trendi. Unta pun boleh bergaya, bukan?

Bunga-bungaan dan mahkota dipasangkan di atas kepala, membuat wajah lugu unta menjadi semakin lugu dan bodoh. Lehernya dipasangi untaian kalung warna-warni, kakinya dipasangi gelang, punuknya berbaju merah menyala. Amboi, siapa yang tertarik membeli unta cantik ini?

Seperti halnya mencari gadis tak boleh hanya melihat wajah dan perhiasannya, membeli unta tentunya tidak boleh hanya dengan melihat warna-warni aksesorisnya. Kualitas unta yang baik dan sehat dilihat dari barisan gigi-geliginya, kelengkapan dan kekuatan kuku kakinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com