Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (84): Ajmer Sharif

Kompas.com - 27/11/2008, 06:25 WIB

Kuil ini dibangun oleh seorang pengusaha Jain pada akhir abad ke-19. Saudagar Jain terkenal sangat kaya dan tak segan-segan menghabiskan uang banyak untuk membangun kuil-kuil agama ini dengan luar biasa megah, penuh dengan ukiran, curahan segala citarasa seni. Setiap detail dunia penuh fantasi terukir sempurna. Seperti yang dikatakan oleh penjual karcis, Anda tak akan pernah melihat tempat seindah ini di dunia.

Tak jauh dari Kuil Jain, ada tempat ziarah Muslim. Ajmer adalah kota suci bagi berbagai agama di India. Di sini, tak masalah orang suci itu adalah Muslim, Hindu, Sufi, Jain, Budha, Sikh, atau bahkan Kristen, semuanya dihormati oleh segala umat sebagai guru yang mencapai pencerahan.

Salah satunya adalah guru Sufi Kwaja Moinuddin Chishti dari tanah Afghan, yang mendirikan tarekah Chishtiya di seluruh India. Ketika sang guru datang, komunitas Muslim di India belum sebesar sekarang. Ia punya andil besar dalam menyebarkan ajaran Islam di anak benua. Sang guru berdiam di Ajmer dan wafat di kota ini. Tempat peristirahatannya, disebut dargah atau ziyarat, menjadi tujuan berziarah di hari raya Urs – peringatan kematian sang Guru – bukan hanya umat Muslim tetapi juga Hindu dan Sikh.

Di depan pintu gerbang makam keramat, lautan manusia mengalir perlahan. Kartik Purnima bukan hanya hari besar bagi umat Hindu, tetapi juga waktu berziarat ke makam guru-guru Sufi. Karena dargah Chishti begitu suci, semua yang masuk harus menutup kepala. Di depan gerbang, di daerah Pasar Dargah, banyak sekali bocah jalanan yang menjual kain penutup kepala untuk para peziarah yang tak bertopi.

Saya dan Lam Li bersama mengunjungi tempat suci ini. Kami terseret lautan manusia yang hanya bisa maju. Saya merasakan kekuatan dorongan spiritual yang begitu menghanyutkan. Lantunan doa-doa Islami mengalun merdu. Para pria berjubah menunaikan salat berjamaah. Kaum wanita berjilbab dan berburqa duduk di bangunan suci tempat makam sang guru bersemayam.

Sufi adalah aliran yang mengombinasikan Islam dengan kultur lokal dan mistisme. Di pekarangan Dargah ada sebuah sumur besar. Orang-orang melemparkan koin ke dalam sumur itu, mengharapkan keberuntungan. Kegiatan mencari keberuntungan di makam-makam orang suci adalah salah satu karakter Sufisme di India, yang sebenarnya tidak ada dalam Islam.

Adhai Din ke Jhonpra, Pondok Dua Setengah Hari, terletak tak jauh dari dargah.. Tempat ini pun dibanjiri umat Muslim, kebanyakan berasal dari negara bagian tetangga Gujarat. Mengingat kedekatan sejarah Islam di Indonesia dengan tanah Gujarat di India, saya merasa seperti bertemu saudara lama. Orang-orang Gujarat ini begitu ramah. Mereka sendiri datang berziarah, dalam rombongan besar, tetapi masih menyempatkan berbagi teh dan mengajak bermain bulu tangkis dengan bet pingpong.

Pondok Dua Setengah Hari memang sudah tinggal reruntuhan, tetapi peziarah masih mendirikan salat di tempat ini. Pilar-pilar kayu berukir, menjulang tinggi, berbaris rapi. Dari puluhan pilar di sini, tak satu pun yang ukirannya sama. Keindahan dan kedalaman hiasan pada setiap pilar menunjukkan betapa tingginya kesempurnaan arsitektur India sejak masa silam.

Dua setengah hari, nama ini pun mengandung misteri. Sebagian orang percaya, masjid ini dinamai demikian karena dibangun hanya dalam waktu dua setengah hari. Raja dari tanah Afghan, Mohammad Gauri, menyerbu Rajasthan. Kala itu, di sini hanya ada kaum Rajput pemeluk Jain dan umat Hindu. Sang raja Afghan kemudian menghancurkan kuil Jain yang berdiri megah di tempat ini, menggantikannya dengan masjid coklat yang indah. Adhai Din, mungkin juga berasal dari perayaan rutin di sekitar Ajmer yang diselenggarakan dalam waktu dua setengah hari.

Saya hanya terpesona oleh keagungan agama-agama kuno yang bersinar di kota Ajmer Sharif, Ajmer Yang Agung.


(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com