Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (91): Pernikahan Tengah Malam (2)

Kompas.com - 09/12/2008, 08:08 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]


Sorak sorai bergemuruh ketika sang dulha - pengantin pria, berhasil menaiki kuda putih dengan pelana berbalut permadani cantik. Ia kini bagaikan seorang pangeran dari negeri fantasi di atas kuda putih, berangkat untuk menjemput sang putri.

Arak-arakan ini sungguh ramai. Puluhan gadis dengan sari yang cantik menari sepanjang jalan, mengiringi tetabuhan genderang dan trompet yang bersahut-sahutan. Kami bersama-sama menyusuri jalan-jalan kota kuno Jodhpur yang sempit. Kuda putih sang pengantin memimpin. Tari-tarian dan band menyusul. Selanjutnya barisan orang yang tertawa riang, dalam busana mereka yang terbaik, bak parade karnaval akbar. Di musim kawin India, arak-arakan ramai seperti ini ada setiap hari membawa suasana semarak ke tengah kota.

Barat artinya iring-iringan pengantin pria menyambut sang wanita. Dalam tradisinya, pengantin menunggang kuda putih sampai ke rumah sang gadis. Tetapi sekarang zaman sudah modern. Sudah ada mobil dan bus. Apalagi rumah sang pengantin wanita di kota Nagaur, lebih dari 100 kilometer jauhnya dari sini. Iring-iringan kuda pengantin hanya beberapa ratus meter saja sampai kami mencapai jalan utama. Di sana sudah ada dua bus besar menunggu, siap mengantar semua orang dalam iringan barat ini.

Berawal dari turis yang memotret-motret band kawinan, sekarang kami berdua malah sudah duduk dalam bus bersama sanak saudara dan kerabat dekat sang pengantin. Saya dan Lam Li sempat berlari pulang ke losmen, ganti baju yang (sedikit) lebih pantas, dan siap berangkat ke Nagaur.

Kami sampai di Nagaur pukul empat sore. Seratusan orang yang datang dipersilakan menunggu di balairung di dalam rumah besar bercat biru. Kami disuguhi teh dan kue yang semuanya manis. Yang menikah ini adalah orang Brahmin, dan tamunya pun kebanyakan orang Brahmin, kaum vegetarian. Dalam pesta pernikahan ini sama sekali tidak tersaji daging dalam bentuk apa pun.

Waktu pernikahan didasarkan berdasarkan hitung-hitungan astrologi, kebanyakan diadakan sekitar tengah malam. Itulah sebabnya di malam yang damai di India, kita sering tiba-tiba dikejutkan oleh semaraknya band dan parade di jalan raya. Semuanya ini semata-mata demi nasib dan peruntungan baik bagi kedua mempelai yang menjalani hidup baru.

Pengantin pria dirias, dibedaki lagi. Keringat tadi sempat membasahi wajahnya yang tegang. Sekarang ia sudah mulai santai, terkadang bercanda, tertawa, lalu memasang wajah serius lagi. Ia sempat mengolok saya yang tidak bawa kado sama sekali.

Acara baru dimulai pukul delapan malam. Para pria duduk bersila, mengelilingi barang-barang sesaji. Sang pengantin duduk di satu sisi, tinggi dan gagah. Pandita membaca mantra yang mengalun bak musik bermelodi mistis. Ia kemudian mengikatkan benang mouli berwarna merah kuning di pergelangan tangan sang pengantin, melepas sepatu dan kaus kakinya.

Kaki pengantin itu indah.. Bukan hanya bentuknya yang sempurna, tetapi juga ornamen-ornamen henna bermotif bunga-bunga merambah setiap sudutnya. Kuku kaki dipoles pewarna warna merah. Kaki kanan diletakkan di atas baki. Pandita menyiramkan cairan putih seperti yoghurt ke atas kaki yang indah itu, kemudian mengelapnya perlahan-lahan.

Keheningan menyelimuti tempat ini. Puluhan orang duduk bersila, dalam takzim menyaksikan pandita memberkati sang pengantin. Seorang kerabat membubuhkan tika ke dahinya. Sang pengantin kemudian menciumi jerami yang diikat dengan benang mouli bersama uang sejumlah tepat 101 Rupee. Angka ganjil berakhiran 1 adalah perlambang keberuntungan. Kemudian pandita memasangkan ‘benang Brahmin’ ke tubuh sang pengantin – jalinan benang putih yang menlingkar dari pundak kiri ke pinggang kanan. Barang sesaji, yang berupa kacang, biji-bijian, kismis, diedarkan kepada semua yang hadir. Semua pria juga mendapat pemberkatan berupa pengolesan tika di dahi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com