Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspedisi Kompas Ciliwung 2009

Kompas.com - 08/01/2009, 08:30 WIB

PADA awal Januari ini, tak terasa musim hujan kembali datang menjelang. Sungai-sungai yang mengaliri Ibu Kota berubah semakin menakutkan bagi warga Jakarta. Betapa tidak, di kala hujan lebat mengguyur, besar kemungkinan air sungai kembali meluap. Bencana banjir pun sudah di ambang mata.

Sungai Ciliwung menjadi salah satu dari 13 sungai di Jakarta yang namanya kerap disebut sebagai sumber banjir. Ironis memang karena sungai ini pernah menjadi sumber air bersih, sarana transportasi, dan penggerak ekonomi, khususnya pertanian dan perikanan, bagi warga yang hidup di bantarannya.

Kini, Ciliwung justru dianggap sebagai momok pembawa bahaya dan pusat masalah sosial dan ekonomi yang membelit Jakarta.

Nama Ciliwung berkonotasi dengan jutaan warga miskin dan pendatang liar yang berjejalan di deretan permukiman kumuh, proyek Banjir Kanal Timur yang tidak kunjung terselesaikan, jutaan ton sampah yang menumpuk di badan sungai, dan kerusakan lingkungan parah di sepanjang 130 kilometer alirannya.

Semakin lama, problema itu semakin berkembang. Salah urus pengaturan daerah aliran sungai (DAS), kebijakan pemerintah yang timpang, dan sikap egois sebagian warga menyebabkan Ciliwung semakin tersudut.

Padahal, pada awal 1900-an, sungai yang bermata air dari pegunungan di Sukabumi dan Bogor, Jawa Barat, dan mengalir membelah Ibu Kota hingga ke Jakarta Utara ini disebut sebagai surga di belahan bumi tropis oleh orang-orang dari Eropa.

Jejak sejarah Ciliwung sendiri terbilang amat panjang. Tercatat, hulu Ciliwung terbentuk sejak enam juta tahun lalu. Kawasan sepanjang Ciliwung terbukti menjadi pilihan bermukim masyarakat pendukung masa kebudayaan perunggu-besi.

Jejak peninggalan masa Kerajaan Pajajaran hingga Kesultanan Banten, sampai masa kolonial pun masih dapat ditemukan di DAS Ciliwung. Ciliwung terbukti berperan penting bagi masyarakat, baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun politik.

Susur Ciliwung

Berlatar belakang fakta-fakta terkait keberadaan Ciliwung pada masa lalu dan kini, Kompas akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan yang tercakup dalam Ekspedisi Kompas Ciliwung 2009, tanggal 16-22 Januari 2009.

Dalam ekspedisi kali ini, tim Kompas akan menyusuri Sungai Ciliwung dari hulu di kawasan Puncak, Bogor, hingga ke muaranya di Sunda Kelapa, Jakarta Utara.

Saat menyusuri Ciliwung, tim ekspedisi akan menggali berbagai aspek sejarah sosial dan kemanusiaan serta memotret realitas sosial-budaya dan ekonomi di sepanjang Ciliwung, mulai dari daerah di sekitar mata airnya sampai ke muaranya. Termasuk berbagai realitas air mata yang mengalir akibat bencana yang diakibatkan luapan airnya.

Kegiatan ini dimulai di kawasan cagar alam Telaga Warna, Cisarua, Kabupaten Bogor. Di cagar alam ini terdapat Telaga Warna dan Telaga Cisaat yang diyakini sebagai dua dari sekian banyak mata air yang membentuk hulu Ciliwung.

Penyusuran Ciliwung menggunakan perahu karet akan dimulai dari Batu Layang, Cisarua, hingga Sunda Kelapa dan sebagian pantai Jakarta Utara.

Kegiatan jurnalistik ini berupaya memetakan bermacam masalah yang menyelimuti Ciliwung. Hasilnya, diharapkan akan ditemukan solusi atau sumbang saran yang tepat kepada pemerintah maupun masyarakat untuk melestarikan sungai ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banyak Kasus Pungutan Parkir Liar di Tempat Wisata, Digitalisasi Tiket Parkir Jadi Solusi

Banyak Kasus Pungutan Parkir Liar di Tempat Wisata, Digitalisasi Tiket Parkir Jadi Solusi

Travel Update
Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

Travel Update
Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

Travel Update
Ini 10 Tempat Wisata Luar Ruangan di Jakarta yang Bisa Dikunjungi

Ini 10 Tempat Wisata Luar Ruangan di Jakarta yang Bisa Dikunjungi

Jalan Jalan
Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang

Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang

Travel Update
Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Travel Update
Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Jalan Jalan
Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Travel Update
7 Wisata Sejuk di Yogyakarta, Pas Dikunjungi Saat Panas

7 Wisata Sejuk di Yogyakarta, Pas Dikunjungi Saat Panas

Jalan Jalan
5 Desa Wisata Penyangga Borobudur Highland di Purworejo Dapat Pelatihan dan Pendampingan

5 Desa Wisata Penyangga Borobudur Highland di Purworejo Dapat Pelatihan dan Pendampingan

Travel Update
Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Raya Cibodas

Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Raya Cibodas

Travel Update
Hidden Gem di Batam, Wisata Sambil Olahraga ke Golf Island

Hidden Gem di Batam, Wisata Sambil Olahraga ke Golf Island

Jalan Jalan
Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Binatang Bandung

Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Binatang Bandung

Jalan Jalan
KAI Tambah 4 Perjalanan Kereta Api pada 12-31 Mei 2024

KAI Tambah 4 Perjalanan Kereta Api pada 12-31 Mei 2024

Travel Update
Planetarium Jagad Raya Tenggarong di Kaltim: Lokasi dan Tiket Masuk

Planetarium Jagad Raya Tenggarong di Kaltim: Lokasi dan Tiket Masuk

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com