Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (114): Malam Sufi

Kompas.com - 09/01/2009, 07:52 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

Asap hashish mengepul, memenuhi ruangan yang penuh sesak oleh ratusan pria ini. Genderang bertambur bertalu-talu, menghipnotis semua yang ada. Dua orang pria berputar-putar di tengah lingkaran, bergedek bak pecandu ekstasi. Semua lebur dalam kecanduan spiritual.

Sufisme, dikenal juga sebagai tasawuf, adalah aliran mistis dalam Islam yang percaya bahwa mendekatkan diri kepada Tuhan tidak hanya bisa melalui satu cara saja, termasuk musik dan tarian. Di Asia Tengah dan anak benua India, Sufisme adalah bagian dari budaya Islam itu sendiri.

Kamis malam, bulan bersinar terang merambah kegelapan, susasana kuburan Baba Shah Zaman di daerah kota tua Ikhra di Lahore seakan melemparkan saya ke alam magis. Daerah ini seakan hidup dalam dunianya sendiri, dalam dunia yang berbeda dengan hiruk pikuk modernitas kota Lahore.

Saya menyusuri anak tangga menuju ke makam suci ini. Semua orang harus melepas sandal di depan pintu. Di balik pintu gerbang, ada halaman berlantai pualam. Di sini hanya ada laki-laki. Perempuan dilarang masuk. Ratusan pria berjubah shalwar kamiz berusaha menerobos masuk ke halaman sempit yang terbatas ini.

Saya mendapat tempat di antara kerumunan pria berjenggot. Semerbak baru harum bunga mawar bercampur dengan asap yang mengepul di mana-mana. Bau hashish, candu, menusuk dalam-dalam.

          “Ini adalah cara mendekatkan diri kepada Tuhan,” kata seorang pria, sembari dalam-dalam menghisap hashish yang dicampur tembakau rokoknya.

         “Ini bukan Islam,” bisik pemuda Lahore yang menemani saya, “apanya yang Sufi, mereka cuma orang-orang kurang kerjaan yang cari alasan untuk menghisap barang haram.” Kawan saya ini seorang Sunni. Ia mencibir sinis.

Sufi, adalah aliran Islam yang menerobos kemapanan, anti peraturan yang mengikat. Kalau Wahabbi dan Taliban melarang musik, pengikut Sufi malah menggunakan musik sebagai sarana beribadah mereka. Candu dilarang dalam Islam, tetapi beberapa orang Sufi menggunakannya untuk mempermudah mencapai keadaan menyatu dengan Tuhan. Penggunaan hashish untuk mencapai kenikmatan spiritualitas mengingatkan saya pada sadhu, pertapa Hindu di Nepal yang melepaskan diri dari kesenangan duniawi.

Lampu remang-remang semakin menambah angker pekuburan ini. Semakin malam, suasana semakin ramai. Bunyi tetabuhan bertalu-talu, menghantarkan nuansa mistis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com