Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masakan Melayu-Tionghoa

Kompas.com - 23/01/2009, 08:19 WIB

Bila Anda sedang menuju ke kawasan Kota Tua Jakarta di senja hari, jangan lupa berhenti sekitar seratus meter menjelang jembatan layang Glodok, di sisi Jalan Gajahmada. Di sana akan Anda temukan sebuah warung tenda dengan layar bertulisan “Nasi Uduk Ko Seng”.

Nasi uduk? Dan penjualnya seorang keturunan Tionghoa? Kenapa heran? “Nasi Uduk Ko Seng” sudah eksis sejak tahun 1962 – hampir 50 tahun usianya. Ko Seng sendiri sudah meninggal, tetapi usaha ini diteruskan oleh anaknya. Semula Ko Seng berjualan di dekat kelenteng di ujung Jalan Kemenangan III, kini warung tendanya hanya hadir malam hari di tepi Jalan Gajahmada.

Tanyai saja orang-orang yang bermukim di sekitar sana. Pastilah mereka mengenal nasi uduk yang satu ini. Hampir pasti pula orang yang ditanya akan menambahkan pernyataan ini: “Jangan lewatkan mencicipi semur urat sapinya.”

Nasi uduk buatan Ko Seng memang setali tiga uang – alias: sama saja – dengan nasi uduk khas Betawi. Nasinya gurih dan harum karena dimasak dengan santan dan bumbu tipis. Tetapi, Ko Seng memberi taburan bawang merah goreng dalam porsi yang lebih generous. Kualitas bawang gorengnya pun unggul. Sambal trasinya maut! Dicocol dengan pete goreng yang kletuk-kletuk, sambal ini sudah pasti akan membuat kita menambah nasi lagi dan lagi.

Cara Ko Seng men-display lauk-pauknya pun membuat ngiler. Lihat sate usus ayamnya! Dalam satu tusuk mungkin usus dari dua ekor ayam digabung menjadi satu. Tusukannya tampak besar dan mantap. Tetapi, ususnya kemudian digunting-gunting sebelum digoreng agar menghasilkan gorengan yang garing renyah. Ruarrr biasa!

Yang dijagokan sebagai semur urat sapi sebetulnya adalah kikil dan urat (tendon) sapi yang dimasak dalam kuah semur. Kikil dan urat cenderung menjadi lembek bila dimasak terlalu lunak, dan sebaliknya menjadi chewy bila tidak empuk. Ko Seng punya kejumawaan dalam memasak kikil dan urat sehingga matangnya pas. Empuk, tetapi tetap bertekstur. Tidak mleketrek!

Kuah semurnya juga sangat unik. Biasanya semur cenderung bening, encer, dan berwarna kecoklatan. Tetapi, semur Ko Seng tampak tebal, setengah kental, dan gurihnya lebih mirip blasteran semur dan gulai. Bila disantap dengan uratnya yang empuk dan garing, sungguh mak nyuss! Tidak heran bila puluhan tahun sudah Ko Seng menyihir para pelanggannya dengan semur istimewa ini.

Warga keturunan Tionghoa di Indonesia memang terkenal dalam “menyentuh” hidangan biasa menjadi luar biasa. Nasi uduk adalah hidangan sehari-hari warga Betawi. Tetapi, di tangan Ko  Seng, ada nilai tambah yang khas. Untungnya, Ko Seng tidak menaikkan bandrol harganya secara serampangan. Harganya masih sangat terjangkau.

Selain semur urat sapi, Ko Seng juga menjual semur bandeng, sambal goreng labu siam, dan lain-lain. Semua lauk-pauk ini sangat mirip dengan yang hadir di warung-warung nasi uduk Betawi lainnya. Pelanggan Ko Seng pun campuran, sekalipun lebih banyak warga keturunan Tionghoa yang makan di sana, mengingat daerah ini memang Pecinan-nya Jakarta.

Fenomena “Nasi Uduk Tionghoa” bukanlah hal yang aneh. Tidak jauh dari “Nasi Uduk Ko Seng”, kalau kita masuk ke gang dan sampai di depan klenteng Toasebio, kita akan menemukan “Nasi Ulam Misjaya” yang dulu sudah pernah kita tampilkan di kolom ini. Nasi ulam juga merupakan sajian khas Betawi yang disukai kaum keturunan Tionghoa. Misjaya mewarisi usaha dari “majikan”-nya dulu, seorang Tionghoa yang berjaja nasi ulam keliling di Tangerang. Nasi ulam adalah nasi putih dengan berbagai lauk: bihun goreng, dendeng manis, telur dadar, cumi asin goreng, disiram dengan kuah semur tahu-telur, ditaburi tumbukan kasar kacang tanah sangrai, kemudian diakhiri dengan tebaran krupuk tapioka dan daun kemangi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com