Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unagi dan Sambal Belut

Kompas.com - 13/04/2009, 05:56 WIB

Tetapi, yang lebih dicari orang di warung ini justru sambal belutnya. Dua tahun yang lalu, ketika di Yogyakarta sedang bermunculan cabang-cabang warung “SS” (Spesial Sambal) di mana-mana, saya terpesona dengan sambal belut “SS”, yaitu belut kecil-kecil goreng kering yang dilumat dengan cabe keriting, bawang putih, dan minyak jelantah. Top markotop!

Di warung “Pak Sabar”, sambal belutnya tampil beda. Belut berukuran besar goreng, diambil dagingnya saja. Daging belut bertekstur lembut ini kemudian dilumat dengan sambal kencur yang membuat aroma maupun citarasanya sungguh membuat saya termimpi-mimpi dibuatnya. Huaduh, sungguh mak nyuss!! Sisa-sisa bagian tulang/durinya digoreng lagi dengan tepung sampai garing – disebut rempeyek belut. Hwarakadah, rempeyek belut inipun tampil penuh pesona. Yogyakarta memang selalu menampilkan kejutan-kejutan menyenangkan di ranah kulinernya.

Di Bandung saya juga baru saja menemukan “Waroong Unagi” di Dago dengan hidangan dari belut panggang yang mak nyuss! Warungnya cukup memenuhi syarat untuk disebut kafe. Tetapi, karena lokasinya di dekat kampus Stikom dan tempat kos mahasiswa, pemiliknya memilih agar harga maupun penamaannya lebih akrab dengan komunitas di lingkungannya.

Salah satu hidangan andalan di warung ini adalah unagi burger. Burger bun (roti) dibuat dari nasi yang dibentuk memiripi roti, dipanggang sebentar di atas griddle hingga sedikit gosong, lalu ditaburi rajangan nori (rumput laut panggang). Di antara dua lapisan roti-nasi itulah disisipkan seiris unagi kabayaki. Hmm, terbayang, kan? Sajian seperti ini sangat mirip dengan yang disajikan Moss Burger – sebuah chain restaurant yang populer di Jepang – tetapi dengan harga mahasiswa. Patut dicoba!

Menurut Seafood Watch, sebuah lembaga yang selalu menerbitkan daftar hasil laut yang terancam kepunahan, menyarankan agar umat dunia sebaiknya mengurangi konsumsi unagi atau belut. Soalnya, ketersediaan belut dunia saat ini mengalami laju penyusutan yang sangat serius. Sekalipun belut sudah dibudidayakan dengan jumlah produksi yang cukup besar, volume konsumsinya pun terus membengkak. Selain itu, belut adalah jenis karnivora yang dalam pembudidayaannya diberi umpan ikan hidup yang lain. Dengan kata lain, budidaya belut bukan jawaban untuk kesinambungan (sustainability) spesies ini.

Jadi, selain ajaran agama yang melarang kita semua agar tidak makan berlebihan, sekarang juga ditambah imbauan “Go Green” agar kita membatasi konsumsi spesies alam yang terancam kepunahan.


__________
Merespon pertanyaan pembaca tentang alamat warung unagi dan sambel welut, berikut jawaban dari Bondan Winarno yang dikirim ke redaksi kompas.com:

Waroeng Unagi

Jl. Terusan Bukit Dago Selatan 4

dekat Kampus Fikom Unpad (maaf, bukan Stikom)

022 82520134

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com