Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (195): Air

Kompas.com - 05/05/2009, 07:57 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

Gemerincing puluhan gelang wanita-wanita Hindu memecah kesunyian padang gurun. Masing-masing kepala mereka menyangga sebuah kendi tanah liat yang menganga lebar. Kaki telanjang menyeret-nyeret di atas pasir lembut gurun Thar yang membakar. Ini adalah perjalanan maha penting -  perjalanan mencari air.

Dusun Ramser milik umat Hindu tersembunyi di balik gunung pasir, terpisah dari dusun Muslim. Kumpulan chowra bundar yang sama, bertudung rumput, membercaki kegersangan gurun, tersebar dalam kelompok-kelompok rumah sederhana yang dipagari dalam pekarangan-pekarangan. Beberapa tembok rumah bergambar dekorasi primitif berwujud flora atau fauna, sapi dan kambing – dekorasi makhluk hidup yang tidak dijumpai di rumah-rumah Muslim. Sedangkan sapi-sapi sungguhan, bertubuh kurus kering hingga nampak gamblang tulang belulangnya, berjemur santai di atas lautan pasir, menghabiskan hari-hari yang membosankan.

Jaglo, seorang dokter, mengundang saya ke dalam rumahnya. Isinya mirip sekali dengan otagh tempat saya menginap kemarin malam di desa Muslim. Kosong melompong. Ada beberapa kasur kecil, piring makan, cermin, foto-foto kakek moyang, dan gambar-gambar dewa Hindu. Itu saja. Gambar-gambar dewa, mulai dari Syiwa yang berwarna biru sampai kera Hanuman berbibir merah tebal, tertempel rapi di sudut kamar. Ini adalah altar untuk puja. Walaupun miskin dan masuk kasta terendah, orang sini tak pernah lalai memanjatkan puja.

Dewa-dewi dan kepercayaan itulah yang membuat mereka bertahan. Sebuah cara bertahan tradisional yang sudah diwariskan turun-temurun, yang membuat orang-orang gurun ini mampu menjalani hidup beribu tahun di tengah kering kerontangnya Thar.

Wanita-wanita Hindu setiap pagi mengumpulkan kotoran sapi yang sudah mengering, disimpan di keranjang, kemudian dijemur di halaman rumah. Fungsi utamanya memang untuk membuat api. Tetapi penduduk Ramsar Hindu juga menggunakan kotoran ini sebagai penyegar ruangan, ditabur di dalam rumah untuk menebarkan aroma semerbak. Dalam ajaran Ayurweda, kotoran sapi juga bisa digunakan sebagai obat. Ibu-ibu yang mengalami kesulitan waktu bersalin, begitu minum air yang dicampur kotoran sapi, maka bayinya akan langsung keluar.  

Tatanan hidup turun-menurun juga menempatkan perempuan pada posisi yang selalu sibuk. Selain mengumpulkan kotoran kambing, mereka juga memasak, mencari air, memberi makan hewan ternak, mengurus anak-anak, membersihkan rumah, dan melahirkan bayi-bayi yang tak pernah berhenti mengalir dari rahim. Bahkan pada saat hamil pun, wanita-wanita ini alih-alih istirahat di dipan, malah tetap saja melakukan pekerjaan berat macam mencari air dan kotoran sapi.

Tetapi kemuraman kehidupan padang pasir seakan pupus kalau kita melihat betapa dahsyatnya warna-warni pakaian wanita-wanita gurun ini. Choli dan polka, kaus pendek berpadu dengan rok sepanjang mata kaki, semuanya mengambil warna-warna yang hanya merupakan fantasi di gersangnya gurun ini. Ada merah jambu, biru langit, hijau rerumputan, dan oranye bunga-bungaan. Sebaliknya, para perempuan di dusun Muslim Ramsar tidak pernah memakai rok. Mereka selalu mengenakan celana shalwar yang longgar, walaupun warnanya pun tak kalah ramainya.

Pemberontakan warna-warni ini semakin liar dengan adanya chunri, kerudung yang menutup wajah dan muka. Chunri memang nyaman di gurun seperti ini. Ketika angin menyapu permukaan Thar, menerbangkan bulir-bulir pasir halus ke kerongkongan, wanita-wanita Hindu ini menyembunyikan wajah di balik chunri yang menyejukkan. Cadar memang sudah menjadi bagian kultur wanita-wanita padang gurun Thar, mulai dari Rajasthan hingga Sindh, apa pun agamanya.

Para perempuan gurun ini juga menutup lengan mereka. Bukan dengan baju berlengan panjang, tetapi lingkaran-lingkaran gelang yang berbaris. Namanya chura, berwarna putih, jumlahnya lusinan. Wanita yang sudah menikah, chura-nya menutup sepanjang lengan. Yang masih gadis, hanya di lengan bawah saja.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com