Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Kantor Bekas Empat Maskapai Trem

Kompas.com - 27/07/2009, 12:42 WIB

BEKAS kantor bersama empat maskapai kereta api di Jawa Tengah dan Jawa Timur, kini menjadi Kantor Daerah Operasi (Daop) IV Semarang. Bangunan dari sekitar tahun 1920-an akhir ini masih menyisakan nuansa kolonial. Meski di beberapa bagian sudah mengalami banyak perubahan, namun ruang kas besar masih bersisa lengkap dengan AC alam ala kolonial, jendela tempat udara dan sinar masuk, alat pembuka/tutup jendela bagian atas, meja lemari kayu jati, serta atap kayu jati.

Kepala Humas Daop IV Semarang, Warsono, menjelaskan, "Lantai di ruangan saya masih asli. Lemari besar juga masih asli dari tahun 1930-an," ujarnya sambil menunjukkan tegel blurik berwarna kuning dan kecokelatan serta lemari berbahan kayu jati berukuran sebesar dinding ruangan. Ia juga menambahkan, gedung ini sudah turun sekitar 2 meter.

Gedung ini sangat bersejarah karena di tahun 1930 empat maskapai besar trem uap yang melayani Jawa Tengah dan Jawa Timur pernah berkantor. Menurut Deddy Herlambang dari Indonesian Railway Preservation Society (IRPS), keempat maskapai itu adalah Serajoe Dal Stoomtram Maatschappij (SDS) melayani jalur Purwokerto-Wonosobo, Samarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) dengan trek Semarang-Joana (Juwana). Di referensi lain, disebutkan trek Semarang-Juwana melayani Semarang-Demak, Kudus, Juwana, Rembang, dan Lasem. Jalur ini menjalar sepanjang 300 km dan dibuka antara tahun 1811 dan 1812.

Maskapai ketiga adalah Samarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) melayani Semarang-Kendal, Tegal, Pekalongan, dan Cirebon. Jalur sepanjang 275 km ini dibuka tahun 1900. Kemudian trek di jalur kota Surabaya Oost Java Stoomtram Maatschappij (OJS) pun dibuka. Sebuah sumber dari Universitas Kristen Petra Surabaya menyebutkan, OJS merupakan jenis angkutan kota di Surabaya. Jalur tua, dari tahun 1889, ini membentang dari kawasan Perak hingga Wonokromo.

Di halaman kantor ini dipajang lokomotif C1412 (lok dengan tiga sumbu roda penggerak atau enam roda utama), lokomotif uap, bikinan tahun 1909 dari pabrik Beyer, Peacock and Co, Manchester, Inggris. Lok tersebut pernah melayani lintas Purwokerto-Kutoarjo, Semarang-Tegal di bawah maskapai SDS. Masa tugas lok C1412 berhenti pada 1970. Beyer, Peacock and Co adalah perusahaan lok kereta api di Inggris dengan pabrik di Gorton, Manchester. Pendirinya adalah Charles Beyer dan Richard Peacock pada pertengahan abad 19.

Sementara itu di ruang masuk ke dalam kantor dipamerkan dua miniatur lok, lok E1060 (Mak Itam, lok uap yang sudah kembali berada di Sawahlunto, Sumatera Barat, setelah sebelumnya disimpan di Museum Kereta Api Ambarawa, Jawa Tengah) dan lok disel D52089.
Keduanya bikinan Jerman. Lok E1060 (tanda E berarti lok ini punya lima sumbu roda penggerak atau 10 roda utama) bikinan Maschinenfabrik Esslingen (ME) di tahun 1966 sedangkan lok D52089 (lok dengan empat sumbu roda penggerak atau delapan roda utama) bikinan Krupp, Essen, tahun 1950. Dalam catatan ME, lok khusus untuk trek di pegunungan – dengan jalur kereta api bergigi – dan merupakan lok terakhir dengan roda bergigi dikirim ke Indonesia pada tahun 1966.

Selain lok, di atas salah satu pintu di dalam gedung tersebut, di tembok bagian atas, masih melekat lukisan lengkap beserta tahun dan kependekan nama dari empat maskapai yang pernah berkantor di sini.

Sayang sekali, persis di belakang bangunan bersejarah ini kini sedang dibangun gedung besar nan moderen, sungguh kontras. Bahkan, menurut Warsono, pemancangan tiang pancang bangunan baru itu membuat gedung ini retak-retak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com