Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cahaya di Puncak Gunung Nglanggeran

Kompas.com - 02/08/2009, 09:31 WIB

Seiring hadirnya kegelapan, kami pun mulai mengandalkan penerangan cahaya senter. Bagian tersulit sekaligus menegangkan adalah ketika kami berjumpa dengan celah di antara dua batuan gunung setinggi lebih dari 100 meter. Celah sempit yang hanya muat dilewati satu orang ini dikenal dengan julukan Goa Jepang.

Kami harus merambat perlahan di antara dua celah batuan ini. Jika tidak ada bantuan berupa goresan tapak-tapak kaki pada dinding batuan, kami tak mungkin bisa menembus celah. Tapak-tapak tersebut, menurut pemandu kami, Triyanto (28) dan Suhardiman (33), merupakan buatan zaman Jepang. Jepang yang dikejar tentara Sekutu pada Perang Dunia II memilih bersembunyi di antara ceruk batuan Gunung Api Purba Nglanggeran.

28 mata air

Gunung Nglanggeran memang cocok sebagai tempat persembunyian karena memiliki lebih dari 28 mata air. Tepat di samping Goa Jepang, terdapat sumber mata air yang tak pernah kering sepanjang masa. Warga meyakini sumber berupa rembesan air itu berasal dari telaga mistis yang dijuluki Telaga Wungu. Konon, hanya orang berhati bersih yang mampu melihat keberadaan telaga itu.

Puncak tertinggi dari Gunung Api Purba Nglanggeran segera kami jumpai setelah berjalan kaki selama lebih kurang dua jam. Puncak tersebut dijuluki Gunung Gede, berupa bongkahan batuan seluas setengah hektar. Di pucuk tertinggi itulah kami menikmati suguhan taburan cahaya. Setelah puas menikmati taburan bintang jatuh, kami menyaksikan terbitnya bulan dari arah timur.

Tak hanya taburan cahaya alam. Kerlap-kerlip cahaya kota dari Yogyakarta, Klaten, dan Surakarta pun menampakkan kecantikannya. Jurang yang mengelilingi Gunung Gede ini konon merupakan bekas kawah dari gunung api purba. Jauh dari hiruk pikuk keramaian, kami hanya sanggup mendengar deru angin, bunyi jangkrik, dan sesekali dahan yang patah karena gerakan binatang luwak.

Nama Nglanggeran, menurut Triyanto, berasal dari kata Plangaran yang bermakna setiap perilaku jahat pasti tertangkap. Gunung Nglanggeran ini tersusun dari banyak bongkahan batuan besar yang oleh warga sekitar disebut Gunung Wayang karena bentuknya menyerupai tokoh pewayangan.

Menurut kepercayaan setempat, gunung ini dijaga Ki Ongkowijoyo dan para punakawan Semar, Gareng, Petruk, serta Bagong. Tak heran, sebagian orang masih mengeramatkan gunung tersebut. Pada malam tahun baru Jawa atau Jumat Kliwon, beberapa orang memilih semedi di pucuk gunung. Di Gunung Nglanggeran ini pula warga pernah menemukan arca mirip Ken Dedes.

Setelah menikmati terbitnya matahari, pengunjung pun disuguhi hijaunya alam pegunungan. Gunung Nglanggeran juga menjadi rumah bagi aneka flora dan fauna langka, mulai dari kijang, kera, hingga cendana liar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Parkir dan Resto Nakal yang Beri Harga Tak Wajar di Bantul, Ini Cara Laporkannya

Ada Parkir dan Resto Nakal yang Beri Harga Tak Wajar di Bantul, Ini Cara Laporkannya

Travel Update
Cara ke Jakarta Aquarium Safari di Neo Soho, Naik KRL dan Transjakarta

Cara ke Jakarta Aquarium Safari di Neo Soho, Naik KRL dan Transjakarta

Travel Tips
Tangal Merah dan Cuti Bersama di bulan April 2024, Ada Lebaran

Tangal Merah dan Cuti Bersama di bulan April 2024, Ada Lebaran

Travel Update
Mengenal Kampung Inggris, Belajar Sembari Liburan

Mengenal Kampung Inggris, Belajar Sembari Liburan

Jalan Jalan
Cara ke Pameran Sampul Manusia dari Tangerang naik Transjakarta

Cara ke Pameran Sampul Manusia dari Tangerang naik Transjakarta

Travel Tips
12 Maskapai Ajukan Penerbangan Tambahan Saat Libur Lebaran 2024

12 Maskapai Ajukan Penerbangan Tambahan Saat Libur Lebaran 2024

Travel Update
Jakarta Aquarium Safari Tambah Tiket dan Show Saat Libur Lebaran

Jakarta Aquarium Safari Tambah Tiket dan Show Saat Libur Lebaran

Travel Update
Festival Bunga Tulip Terbesar di Belanda Dibuka untuk Umum

Festival Bunga Tulip Terbesar di Belanda Dibuka untuk Umum

Travel Update
KA Argo Bromo Anggrek Gunakan Kereta Eksekutif New Generation mulai 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Gunakan Kereta Eksekutif New Generation mulai 29 Maret

Travel Update
Taman Asia Afrika, Area Sejarah di Kiara Artha Park di Bandung

Taman Asia Afrika, Area Sejarah di Kiara Artha Park di Bandung

Jalan Jalan
Omah UGM, Cagar Budaya di Kotagede Yogyakarta Bisa untuk Spot Foto

Omah UGM, Cagar Budaya di Kotagede Yogyakarta Bisa untuk Spot Foto

Jalan Jalan
Harga Tiket Jakarta Aquarium Safari Lebaran 2024, Simak Cara Belinya

Harga Tiket Jakarta Aquarium Safari Lebaran 2024, Simak Cara Belinya

Travel Update
Penginapan Tengah Hutan di Bantul Yogyakarta, Tawarkan Kelas Yoga

Penginapan Tengah Hutan di Bantul Yogyakarta, Tawarkan Kelas Yoga

Hotel Story
Cara ke Pameran Sampul Manusia Naik KRL dan Transjakarta

Cara ke Pameran Sampul Manusia Naik KRL dan Transjakarta

Travel Tips
Wisatawan Sudah Bisa Naik ke Atas Candi Borobudur, mulai Rp 150.000

Wisatawan Sudah Bisa Naik ke Atas Candi Borobudur, mulai Rp 150.000

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com