Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Doa Turis Jepang di Tanah Papua

Kompas.com - 26/08/2009, 08:25 WIB

BIAK, KOMPAS.com — Kabupaten Biak Numfor, Papua, menyimpan daya tarik tersendiri bagi wisatawan Jepang. Sejumlah turis Negeri Sakura kerap mengunjungi Biak dan melakukan ibadah di sana.

Jepang memang pernah menorehkan sejarah di wilayah ujung timur Indonesia itu. Ribuan tentara Jepang pernah berjibaku dengan tentara sekutu pimpinan Amerika di wilayah Papua semasa Perang Dunia II. Salah satu saksi bisu gugurnya tentara Jepang di Papua adalah sebuah goa yang disebut Goa Jepang.

Keindahan pantai Paray pun menyimpan catatan kelam dari masa perang di waktu lalu. Kenangan pahit atas sejarah bangsa Jepang di Papua diabadikan dalam bentuk monumen di Pantai Paray.

Goa Jepang

Saat menduduki Indonesia, Jepang memanfaatkan goa-goa alam di wilayah Biak sebagai tempat persembunyian, perlindungan, dan juga tempat penyimpanan senjata. Satu goa yang dikenal dengan Goa Jepang merupakan tempat pertahanan yang sangat kuat dan sulit sekali ditembus tentara sekutu.

Untuk melumpuhkan goa, pasukan sekutu di bawah pimpinan Jenderal McArthur menjatuhkan drum-drum bahan bakar yang ditembaki dari udara. Tak kurang dari 3.000 tentara Jepang tewas terkubur dalam goa.

Goa Jepang terletak di Desa Sumberker, hanya sekitar 3 kilometer sebelah barat Kota Biak Numfor. Masyarakat setempat menyebut goa itu dengan sebutan "abiyau binzar" yang berarti wanita tua. Menurut legenda, seorang wanita tua tinggal di gua itu sebelum pasukan Jepang datang dan menggunakannya sebagai basis pertahanan perang.

Monumen Paray

Selanjutnya, tidak jauh dari sana, hanya sekitar 2 kilometer dari Goa Jepang, di tepi Pantai Paray, Pemerintah Indonesia dan Jepang mendirikan sebuah monumen Perang Dunia II. Monumen yang dibangun pada 24 Maret 1994 itu merupakan simbol pengingat betapa perang begitu kejam menghancurkan harkat kemanusiaan dan janganlah kekejaman itu terulang lagi.

Arsitektur monumen yang dirancang oleh Hiroshi Ogawa menampilkan bentuk yang unik. Sebuah kubah menyerupai cangkang membentang memayungi tiga set meja lengkap dengan kursi. Di depan ini kubah itu berjajar secara simetris 12 balok marmer. Di sisi monumen terdapat sebuah lorong kecil berkelok. Lorong itu dulunya merupakan goa alam tempat persembunyian dan basis pertahanan tentara Jepang.

Tiga set meja di bawah kubah dan jajaran batu marmer di tepi pantai adalah simbol komando militer. Sementara itu, lorong kecil adalah simbol kekuatan pasukan yang tersembunyi di goa-goa alam di sekitar wilayah Biak.

Pantai Paray antara tahun 1919 dan 1945 memang menjadi pusat kegiatan perdagangan bangsa Jepang di Papua. Selama masa Perang Dunia II tempat ini menjadi pangkalan militer. Di tepi pantai inilah Jepang pernah menggoreskan sejarahnya atas wilayah Indonesia.

Ibadah

Secara berkala, terutama pada musim liburan, selalu ada wisatawan Jepang yang datang ke dua tempat itu. Mereka tidak hanya berlibur, tapi juga berdoa bagi arwah prajurit yang gugur dalam pertempuran. Biasanya mereka datang dan berdoa pada malam hari membawa lilin.

Ketua Asosiasi Travel Indonesia (Asita) Biak John Yanwarin, SE mengakui, objek wisata sejarah sisa Perang Dunia II yang dimiliki Biak saat ini telah menjadi daya tarik kunjungan turis Jepang ke Biak.
    
Tujuan kunjungan turis Jepang, tutur John, paling banyak adalah ingin melakukan ibadah mengenang korban Perang Dunia II. "Dua lokasi Goa Jepang dan monumen perang Jepang paling sering didatangi turis Jepang untuk menjadi lokasi ibadah mengenang korban Perang Dunia II," ungkapnya.
    
Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Biak, sejak lima tahun terakhir ini, turis Jepang mendominasi kunjungan wisatawan mancanegara di Kabupaten Biak Numfor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com