Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Colo-colo dan Dabu-dabu

Kompas.com - 20/11/2009, 11:37 WIB

Apakah bedanya antara colo-colo dan dabu-dabu? Keduanya adalah sejenis sambal atau kondimen yang dipakai untuk membuat makanan lebih sedap dan bercitarasa. Colo-colo adalah istilah yang umum dipakai di Maluku, sedangkan dabu-dabu adalah istilah Manado.

Secara sepintas keduanya memiliki kemiripan. Tomat – biasanya tomat muda yang masih berwarna hijau – diiris tipis dan kecil, begitu juga bawang merah dan cabe rawit. Kemudian ditaburi sedikit garam dan disiram dengan kucuran jeruk nipis yang isinya berwarna kuning atau jingga, dan beraroma harum. Jeruk nipis semacam ini disebut lemon cui di Manado, atau lemon cina di Ambon. Orang Pontinak menyebutnya jeruk kunci. Jeruk nipis ini juga cocok untuk diperas membuat minuman segar.

Di Maluku, colo-colo ditambah daun kemangi dan sering juga ditambah dengan sedikit kecap asin. Ada pula yang menambahkannya dengan kecap manis. Tetapi, menurut orang-orang tua di Maluku, colo-colo yang asli adalah justru yang tidak memakai kecap.

Karena colo-colo bergantung pada selera masing-masing orang, ada juga yang menambahkan tahi minyak (blondo dalam bahasa Jawa, galendo dalam bahasa Sunda) yang dihaluskan ke dalam colo-colo. Selain tahi minyak, rarobang (air sisa proses pembuatan minyak kelapa) yang dihanguskan (caramelized) juga sering dipakai untuk membuat colo-colo lebih mantap. Ada lagi colo-colo yang diberi irisan kenari mentah. Bahkan ada pula yang menambahkan trasi.

Pendeknya, colo-colo adalah kreasi yang cukup bebas di-interpretasi-kan, sepanjang bahan dasarnya menyangkut tomat, bawang merah, cabe rawit, daun kemangi, dan jeruk nipis. Ada yang rasanya lebih asam, ada yang lebih pedas, ada pula yang lebih asin.

Ikan bakar dan nasi kelapa

Colo-colo paling cocok dipakai sebagai kondimen ikan bakar. Ikan ekonomis yang populer di Maluku adalah kawalinya atau ikan kembung. Ikan lain yang disukai adalah samandar yang di Makassar dikenal dengan nama baronang. Dibakar tanpa gosong, lalu disiram dengan colo-colo. Top markotop!

Tidak jauh dari dermaga perahu penyeberangan di Galala, Ambon, banyak pedagang ikan asar di tepian jalan. Ikan asar adalah ikan cakalang yang diasap di atas api selama satu jam lebih. Ikan asar yang dijual di Galala ini sungguh-sungguh fresh from the oven. Proses pengasapan langsung dilakukan di bagian belakang lapak-lapak penjualnya. Ikannya pun segar. Langsung dari nelayan, dibelah, dibersihkan, dan diasap.

Cara mengasap ikan seperti ini juga populer di Papua dan Sulawesi Utara. Cakalang (skipjack) beda dari ikan tongkol – sekalipun banyak orang yang menganggapnya sama. Orang Maluku menyebut tongkol sebagai komu – warna dagingnya lebih gelap dibanding cakalang. Cakalang dan tongkol berasal dari keluarga yang sama, seperti juga tuna yang dalam bahasa Maluku disebut tatihu. Ketiga jenis ikan ini, sekalipun dagingnya berwarna merah kecoklatan, tetapi setelah dimasak berubah menjadi pucat.

Ikan asar dengan aroma smokey yang khas paling cocok dimakan dengan colo-colo. Keduanya bagaikan hand in glove yang tidak dapat dipisahkan. Di lapak-lapak penjual ikan asar di Galala, juga tersedia ketupat santan, kasbi (singkong) rebus, dan keladi rebus. Pelanggan dapat membawa ikan asar pulang, tetapi dapat pula dimakan di tempat.

Di daerah Minangkabau, biasanya ketupat santan dibuat dari ketan atau pulut. Di Ambon, ketupat santan dibuat dari beras – seperti juga saya temukan di Pulau Nias – dan dimasak dalam santan, sehingga menjadi ketupat yang gurih. Ketupat santan sangat populer di Maluku, dan dapat dipakai untuk makan dengan lauk apa saja.

Di Ambon, ada sebuah warung tenda sederhana yang hanya buka malam hari. Warung di kawasan Batu Merah ini sangat populer dengan jualannya yang khas, yaitu nasi kelapa. Nasi kelapa sebetulnya mirip nasi uduk, yaitu nasi gurih yang dimasak dengan santan. Tetapi, rasanya sedikit beda karena bumbunya memakai lemon cina dan sereh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com