Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sensasi Mangut Magelang

Kompas.com - 27/12/2009, 10:21 WIB

Bahkan, untuk mempertahankan kealamian cita rasa mangut itu, Widaryuni masih menggunakan cara memasak yang sama dengan yang dilakukan mendiang mertua, yakni menggunakan luweng alias tungku kayu bakar.

“Kami sengaja tidak pernah pindah pakai minyak tanah atau gas elpiji karena aroma (masakan)-nya akan berbeda,” imbuh Supriyanto (54), suami Widaryuni sekaligus pewaris warung itu dari orangtuanya.

Satu-satunya perubahan dibanding resep asli pendiri warung ini hanyalah sumber ikan lelenya. Dulu, orangtua Supri menggunakan ikan lele segar asli dari Kali Pabelan, yang berjarak hanya beberapa meter di depan warung. ”Sekarang susah cari lele di kali, jadi kami beli dari petani lele dumbo di daerah Mendut. Sebenarnya lebih gurih kalau pakai lele asli dari kali, tapi ya mau bagaimana lagi,” ujar Supri. Mendut adalah daerah yang letaknya tak jauh dari candi Borobudur.

Supri dan Widaryuni juga melakukan variasi jenis ikan yang di-mangut karena tidak semua orang suka lele. Saat ini, di Warung Purnama dapat ditemui mangut ikan air tawar lainnya, seperti nila atau bawal air tawar.

Selain mangut lele, pengunjung juga dapat menikmati berbagai menu andalan lain di warung ini yang tidak kalah enaknya. Salah satu favorit saya adalah gorengan wader, yakni berbagai jenis ikan kecil, seperti uceng, potes (ikan gabus kecil), belut, dan udang kali, yang digoreng dengan tepung. Ikan-ikan kecil itu terasa begitu gurih sehingga lidah selalu meminta lagi dan lagi.

”Kalau ikan-ikan kecil ini masih asli dari Kali Pabelan. Langsung digoreng dalam kondisi segar. Sekarang ya cuma ikan-ikan kecil ini yang bisa ditangkap di kali,” tutur Widaryuni.

Warung Purnama juga menyediakan berbagai lauk yang dipasok dari beberapa daerah di luar Magelang. Telur ikan mas yang dipadatkan dan dicetak bundar-bundar lalu digoreng, misalnya, berasal dari daerah Ambarawa di Kabupaten Semarang. Sementara burung puyuh bacem dipasok dari daerah Salam.

Menariknya lagi saat jajan di warung khas seperti ini, kita bebas memadupadankan jenis masakan untuk menemani nasi putih di piring, sesuai selera pribadi. Kita bisa menikmati gurihnya mangut dengan segarnya pecel, atau dengan pedasnya sambal goreng, atau cukup mangut saja dengan teman lauk telur ikan goreng atau burung puyuh bacem yang manis gurih. Apa pun kombinasinya, mangut tetap bisa dinikmati sambil manggut-manggut.

 

Resep warisan

Warung Makan Purnama pertama kali didirikan oleh orangtua Supriyanto, yakni Pak Midi dan Bu Kanti. ”Pertama kali mulai dari nol tahun 1965,” ungkap Supriyanto, yang ketika warung itu dibuka masih berumur 10 tahun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com