Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Keramba Jaring Apung Keluhkan Harga Pakan

Kompas.com - 04/01/2010, 19:21 WIB

MEDAN, KOMPAS.com - Petani keramba jaring apung di Danau Toba mengeluhkan mahalnya harga pakan ikan yang dijual produsen di Sumatera Utara. Harga jual pakan ikan dianggap lebih mahal dibanding harga di Sumatera Barat, meski pun pabrik pakannya berada di Sumatera Utara.

Menurut petani keramba jaring apung di Haranggaol, Kabupaten Simalungun, Gerhad Saragih, harga pakan ikan di Medan sama dengan yang dijual di Padang. Produsen menjual pakan ikan di Padang tanpa biaya transportasi. Padahal pabriknya ada di Sumatera Utara. "Ini membuat harga ikan di sana bisa lebih murah dan membanjiri pasar ikan di Sumut," ujar Gerhad di Haranggaol, Senin (4/1/2010).

Harga pakan ikan berkisar antara Rp 275.500 hingga Rp 285.500 persak (50 kg). Menurut Gerhad, sudah dua kali dalam setahun terakhir ini harga pakan mengalami kenaikan. Petani keramba jaring apung Danau Toba yang banyak terdapat di Haranggaol mengaku terpukul oleh tingginya harga pakan ikan tersebut.

Mereka mengatakan, selama ini tak pernah ada subsidi, baik dari pemerintah daerah maupun produsen pakan ikan. "Malah kami yang sepertinya menyubsidi harga pakan ikan yang dijual di Sumatera Barat," kata Gerhad.

Pakan ikan merupakan komponen terbesar dari biaya produksi pembudidayaan ikan nila dalam keramba jaring apung. Gerhad menuturkan, pakan mencakup 70 persen dari total biaya produksi.

Petani ikan di Haranggaol, lanjut Gerhad, sudah menyampaikan keluhan soal pakan ini kepada anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Sumut, Parlindungan Purba beberapa hari lalu. Dalam pertemuan tersebut, Parlindungan mengatakan akan meminta pemerintah daerah agar mengecek harga pakan. "Jangan sampai harga pakan ikan di Sumut lebih mahal dibanding di Sumbar, sementara produsennya ada di Sumut," katanya.

Dia mencurigai ada praktik oligopoli dalam pasar pakan ikan di Sumatera. Oligopoli adalah kondisi pasar dimana penawaran satu jenis barang hanya dikuasai beberapa perusahaan. Kondisi ini lanjut Parlindungan, jelas akan merugikan petani ikan karena mereka konsumen langsung yang terkena dampak dari pengaturan harga produsen.

Soal praktik oligopoli ini, menurut Gerhad, bisa jadi ada benarnya. Ada dua produsen besar pakan ikan, meski ada beberapa juga yang lain. "Tetapi dua produsen itulah market leadernya, jadi kalau mereka menaikkan harga pakan, yang lain ikut naik," katanya.

Petani ikan di Haranggaol saat ini mencapai 330 orang. Ini tidak termasuk petani keramba jaring apung yang juga banyak tersebar di beberapa wilayah kabupaten yang mengelilingi Danau Toba.

Ikan Aquafarm

Selain harga pakan ikan yang membuat petani keramba jaring apung di Haranggaol cukup terpuruk pada tahun 2009, akibat pasar-pasar tradisional di sekitar Simalungun dan Pematang Siantar dibanjiri ikan dari PT Aquafarm Nusantara. Sebenarnya perusahaan penanaman modal asing asal Swiss ini dilarang menjual ikan budidayanya ke pasar lokal, karena izin mereka hanya untuk kepentingan ekspor. "Tetapi ada ikan dari Aquafarm yang bukan kualitas ekspor dijual di pasaran," kata Gerhad.

Soal ini sebenarnya sudah dibantah pihak Aquafarm yang mengatakan, ikan-ikan mereka ada di pasaran karena dicuri oleh karyawannya. Menurut Parlindungan, Aquafarm mengakui ada ikan mereka yang dijual di pasaran. "Aquafarm telah memecat puluhan karyawan yang terlibat pencurian ini," kata Parlindungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com