Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belum Penetrasi Kok Sudah Selesai?

Kompas.com - 05/03/2010, 16:13 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Aryo (45) sejak setahun terakhir ini dihantui rasa rendah diri dan merasa bersalah karena tidak bisa membahagiakan istrinya. Sebagai laki-laki, pria yang memiliki istri berusia 29 tahun ini merasa kurang perkasa karena setiap kali ingin berhubungan seksual, ia selalu mengalami ejakulasi dini.

Pria yang telah menikah empat tahun dan belum dikaruniai anak tersebut bingung dengan kondisinya. Pasalnya, ia termasuk sehat, tidak merokok dan tak minum alkohol. Namun, sering kali ia "kalah sebelum bertempur" karena sudah ejakulasi meski belum terjadi penetrasi.

Masalah seksual yang dialami oleh Aryo, menurut dr Andi Sugiarto, SpRM, tergolong dalam ejakulasi dini berat. "Ejakulasi dini berat terjadi begitu penis menyentuh vagina bagian luar, bahkan bisa terjadi sebelumnya, atau saat foreplay," paparnya dalam seminar online "Mengatasi Ejakulasi Dini".

Disebut ejakulasi dini (ED) skala ringan bila ejakulasi terjadi setelah beberapa kali gesekan singkat dalam hubungan seks, sedangkan ejakulasi yang terjadi segera setelah penis masuk ke vagina dikategorikan sebagai ED skala sedang.

Setiap gangguan fungsi seksual bisa menyebabkan penderita dan pasangannya mengalami ketidakpuasan. "Secara emosional seorang pria akan merasa rendah diri. Sementara pasangannya juga merasa tidak puas," kata dr Andi.

Bahkan, ED yang berat bisa menghambat kehamilan karena sperma tidak sempat masuk melalui vagina. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengatasinya. Penderita ED seharusnya jangan malu memeriksakan dirinya. "Keberhasilan terapi ED juga memerlukan kerja sama istri," ujar dr Andi.

Ejakulasi dini sebenarnya salah satu taraf disfungsi seksual yang relatif lebih ringan daripada impotensi. Penyebab utamanya biasanya adalah faktor psikis. "Stres dan gaya hidup yang serba cepat dan tergesa-gesa bisa memicu ED," papar dr Andi.

Pada kasus Aryo, dokter menemukan bahwa pria ini pada masa mudanya terbiasa melakukan masturbasi dua kali dalam seminggu. Hasil pemeriksaan laboratorium juga menunjukkan kadar testosteronnya rendah.

Selain faktor psikis, faktor penyebab ED pada umumnya adalah rendahnya kadar serotonin serta gangguan kontrol saraf yang membuat saraf menjadi sangat sensitif pada rangsangan.

Menurut dr Andi, ada beberapa terapi pengobatan ED, tergantung penyebabnya. "Jika karena faktor hormon, maka dokter akan meresepkan obat-obatan," katanya. Pada pasien yang menderita ED karena faktor stres, dokter akan memberikan antidepresan.

Selain obat, dokter akan menyarankan pasien mengikuti seks terapi yang dilakukan bersama pasangannya. "Inti dari seks terapi ini adalah belajar mengendalikan ejakulasi. Caranya dengan mencabut penis setiap kali merasa akan ejakulasi. Kerja sama istri mutlak diperlukan agar terapi ini berhasil," paparnya.

Para pria juga dianjurkan untuk melakukan senam kegel. "Pada orang-orang yang ED, biasanya otot dasar panggulnya sangat lemah. Senam kegel sangat efektif menguatkan otot-otot itu," ujarnya.

Senam kegel merupakan rangkaian gerakan yang berfungsi untuk melatih kontraksi otot PC berkali-kali dengan tujuan meningkatkan tonus dan kontraksi otot. Latihan ini baru menunjukkan manfaatnya setelah dilakukan minimal enam minggu. Caranya sangat sederhana, yakni seperti menahan pipis selama beberapa detik. Lakukan minimal 10 kali setiap hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com