Denpasar, Kompas
Ketua Bali Tourism Board Ngurah Wijaya, di Denpasar, Bali, Kamis (8/4), mengatakan, beberapa investor pariwisata ragu-ragu menanamkan investasi karena listrik yang tidak aman. Turis pun kini sangat selektif, seiring dengan tren gaya hidup mereka juga menuntut, agar listrik dihadirkan lewat teknologi ramah lingkungan,” kata Wijaya.
Sektor telekomunikasi yang juga menunjang kehidupan masyarakat dan pariwisata Bali pun terkena imbas tidak primanya pasokan listrik.
Corporate Communications Telkomsel Regional Bali Nusra Hari Purwanto mengungkapkan, cukup seringnya pemadaman listrik telah mengakibatkan layanan komunikasi kepada masyarakat terganggu akibat kinerja stasiun base transceiver station (BTS) berhenti ketika baterai penyuplai tenaganya habis.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika menunggu realisasi pemasangan mesin penambah kapasitas listrik di PLTG/D Pesanggaran, Denpasar, dengan kapasitas 80 MW. Demikian pula dengan tambahan listrik dari program penghematan 100 watt untuk 740.000 pelanggan di seluruh Bali sehingga dapat diperoleh tambahan daya maksimal 74 megawatt (MW).
Ketua Real Estat Indonesia (REI) Bali Anak Agung Made Sukadhana menyatakan pula, pembangunan rumah sederhana bersubsidi tidak dapat dilakukan karena pengembang tidak dapat memberikan jaminan adanya instalasi listrik terpasang. Instalasi listrik yang terpasang dan menyala adalah salah satu syarat utama pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) oleh perbankan. Sekitar 75 persen kepemilikan rumah sederhana bersubsidi diperoleh dengan cara KPR.
Seperti diberitakan Kompas, Kamis (8/4), akibat keterbatasan pasokan listrik di Pulau Bali, pelayanan bagi masyarakat oleh PLN tidak optimal. Hingga awal April ini, sedikitnya 50.000 calon pelanggan baru dan 8.900 permintaan penambahan daya belum terlayani.