Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serba Tertua di Ternate

Kompas.com - 15/04/2010, 15:43 WIB

KOMPAS.com — Ibarat membaca buku yang menarik, lembaran demi lembarannya berhasil membuat diri terhanyut, mengupas segala pesona yang sebelumnya terpendam. Demikianlah Ternate yang terletak di Provinsi Maluku Utara.

Terbukti pulau kecil di timur Indonesia ini bukan hanya menyimpan kenangan akan kejayaan masa perdagangan rempah-rempah. Tetapi juga kaya akan peninggalan jejak sejarah yang tercatat sebagai peninggalan tertua.

Ada Gereja Katolik Santo Willibrordus yang lebih dikenal dengan sebutan Gereja Batu. Tak lain karena dinding-dindingnya yang terbuat dari susunan batu sehingga terlihat unik.

Gereja Katolik satu-satunya di Ternate ini dibangun pada tahun 1523 yang menjadikannya gereja pertama di Indonesia dan didirikan oleh Fransiscus Xaverius, misionaris Jesuit pertama yang menyebarkan agama Katolik di Ternate bersamaan dengan kedatangan Portugis.

Sementara itu, hubungan rakyat Ternate dengan saudagar China juga tercermin dengan kehadiran kelenteng Thian Hou King, tak jauh dari Benteng Oranye. "Kelenteng ini berdiri tahun 1657 dan yang tertua di Indonesia timur," ujar Ratna Masuku, Kepala Bidang Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ternate.

Sementara itu, Masjid Sultan Ternate juga merupakan masjid pertama di Indonesia Timur. Masjid ini didirikan oleh Sultan Ternate ke-28 Saidi Barakati pada tahun 1606 dan tetap mempertahankan arsitektur asli. Terbuat dari susunan batu dengan menggunakan campuran kulit kayu pohon kalumpang sebagai perekat dan berbentuk segi empat dengan atap mengadopsi bentuk tumpang limas. Tiap tumpang dipenuhi terali berukir 360 buah, menyesuaikan jumlah hari dalam setahun.

Tentu saja, sebagai pulau rempah-rempah yang berhasil menarik perhatian dunia dari belahan lain, Ternate punya ikon hidup yang masih bertahan hingga kini, yaitu cengkeh Afo, pohon cengkeh tertua di dunia. Terletak di lereng Gunung Gamalama, usianya sekitar 400 tahun dan masih menghasilkan 400 kg cengkeh per tahun. Mencapai tinggi 36,60 meter, garis tengahnya sekitar 198 cm dan lingkaran 4,26 cm.

Sebuah kebanggaan tersendiri untuk menyaksikan langsung beberapa peninggalan tertua itu. Saksi-saksi sejarah itu tetap kokoh berdiri, tak goyah meski melewati pergolakan politik dan sosial, serta bertahan dalam dekapan waktu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com