Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

99 Persen Pengunjung Raja Ampat Wisman

Kompas.com - 12/05/2010, 14:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com   - Sebagian besar masyarakat Indonesia mungkin belum begitu tahu dengan Kabupaten Raja Ampat dan kekayaan apa yang dimiliki kabupaten yang terletak di ujung barat Provinsi Papua Barat tersebut.

Kalau menyebut nama Papua, yang terlintas di benak sebagian besar masyarakat Indonesia pasti masyarakat dengan kebudayaannya yang masih sangat sederhana, pakaian yang khas (koteka) dan harga kebutuhan pokok yang mahal.

Namun tidak demikian, kini Papua khususnya Provinsi Papua Barat yang terdiri atas 14 kabupaten itu sudah jauh berbeda, karena terus berbenah diri membangun infrastruktur guna memberikan kemudahan bagi siapa saja yang ingin berkunjung ke Papua Barat.

Salah satu kabupaten di Papua Barat yang terus "menggeliat" adalah Kabupaten Raja Ampat, meski baru diresmikan 9 Mei 2003, daerah itu terus "menyingsingkan lengan" membangun berbagai sarana dan prasarana terutama infrastruktur.

Bila akan ke Raja Ampat, wisatawan bisa menggunakan kapal feri dari Sorong dengan tarif Rp120.000 per orang. Jarak tempuh dari Sorong ke pantai Waisai Tercinta (WTC), Kabupaten Raja Ampat antara 2,5 hingga tiga jam.

Kabupaten Raja Ampat, yang memiliki lebih dari 610 pulau dan empat gugusan pulau besar yakni Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati dan Pulau Batanta itu terdiri atas 17 distrik, sangat potensial untuk tujuan utama para penyelam (diver) dan juga pencinta bawah laut. Diibaratkan Raja Ampat sebagai "surga" bagi para penyelam.

Diakui oleh Bupati Raja Ampat, Marcus Wanma MSi., meski belum sebanyak diver yang berkunjung ke kawasan wisata bahari daerah lainnya, sudah banyak dikunjungi diver-diver dari luar negeri seperti Amerika Serikat , Australia, Eropa dan juga Asia.

Seperti dituturkan oleh Max Ammer, pemilik dan pengelola eesort Sorido Bay & Kri Eco Resort, Raja Ampat, sebagian tamu adalah wisatawan manca negara. "Baru mulai dua tahun terakhir ini wisatawan domestik mengunjungi resort tersebut terutama untuk menyelam (diving)," kata Max Ammer.

Menurut Max, yang mengaku sudah sekitar 20 tahun menggeluti bisnis ini, dari pengunjung yang menginap dan "diving" hanya sekitar 15 persen wisatawan domestik dari jumlah keseluruhan.
Rata-rata setiap pekan ada 14 sampai 20 wisatawan asing yang menginap dan melakukan kegiatan menyelam terutama wisman dari Amerika, Eropa dan Asia.

Max juga mengaku, bisnis yang ia geluti tidak semata untuk mencari uang tapi yang juga lebih diutamakan adalah upaya melakukan konservasi. Cukup waktu lama untuk memberi pengertian kepada penduduk setempat tentang menjaga lingkungan serta konservasi alam khususnya mencintai hewan serta kekayaan bawah laut yang sangat potensial.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com