KOMPAS.com - Ada beberapa hal yang menjadi kegiatan wajib saat bertandang ke Pulau Tidung, pulau terbesar dari gugusan pulau di Kepulauan Seribu.
Begitu mendaratkan kaki dan meletakkan barang bawaan di tempat penginapan -- yang tak lain rumah penduduk -- sudah tersedia sepeda yang diparkir di depan rumah. Petualangan mengelilingi Tidung pun berawal dari alat transportasi sederhana namun selalu berhasil menimbulkan kerinduan itu.
Bagi yang tak lagi terbiasa bersepeda mungkin butuh waktu beradaptasi untuk dapat meliuk-liuk di jalanan yang menyerupai gang itu. Dari area dengan pemukiman padat, hingga lama-lama menyusuri tepi pantai yang dipagari berbagai tumbuhan dan dihiasi deretan pohon kelapa. Begitu tenang dan semilir angin menari di tengah keriuhan bersepeda.
Setelah puas berkeliling, kegiatan wajib selanjutnya adalah segera menuju tempat mengambil alat-alat snorkeling. Masing-masing orang dibagikan dan lagi-lagi dibawa dengan sepeda hingga tempat yang ditentukan.
Namun, pengunjung bisa memilih, sesuai harga paket perjalanan yang diambil, apakah snorkeling di sekitar Pulau Tidung atau snorkeling di sekitar Pulau Air atau Pulau Payung yang berarti harus menggunakan kapal terlebih dulu. Tak jarang, mereka yang hanya berenang di sekitar Pulau Tidung akan merambah berbagai titik. Di bawah jembatan penghubung Pulau Tidung Besar dan Tidung Kecil, atau bahkan ke bagian ujung Tidung Kecil yang berarti harus berjalan memasukinya terlebih dulu.
Namun ketika matahari mulai terbenam semua orang seolah sudah punya tujuan tetap: menuju jembatan penghubung Pulau Tidung Besar dan Tidung Kecil, yang merupakan jembatan terpanjang di Kepulauan Seribu. Jembatan pun menjadi semacam meeting point, di mana kita bisa melihat hampir seluruh pengunjung yang sedang bertandang di Tidung.
Pengunjung yang kebanyakan anak muda itu juga punya ritual: terjun bebas dari puncak ketinggian san menceburkan diri ke laut. Banyak yang sengaja mengantre, bahkan berulang kali melakukannya demi merasakan adrenalin yang mengalir deras saat tertarik arus gravitasi.
"Harus cobain. Belum ke Tidung namanya kalau belum lompat dari sini," ungkap Trisna tiba-tiba sembari tersenyum, seolah meragukan bahwa kelompoknya yang saat itu terdiri dari delapan orang perempuan, akan sanggup melakukannya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.