Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Bancakan, Tukang Becak Pun Bisa Makan

Kompas.com - 17/07/2010, 09:16 WIB

KOMPAS.com — Berbagai peralatan masak yang biasa digunakan di pedesaan seperti dandang, kastrol, ketel besi, dan lumpang terlihat di sana. Memasak makanan pun menggunakan kayu bakar di hawu atau tungku tradisional. Rasa masakan menjadi berbeda karena aroma dari proses pembakaran itu.

Konsumen juga menggunakan piring serta cangkir kaleng. Di tempat itu, tepatnya di restoran Warung Nasi Bancakan, Jalan Trunojoyo Nomor 62, Bandung, Jawa Barat, Oom Rohmah (59) sibuk membuat berbagai masakan Sunda buhun (zaman dulu).

"Sekarang, kebanyakan restoran Sunda di Bandung pakai peralatan modern. Di Bancakan, semua peralatan masak dibawa dari kampung," kata pendiri Warung Nasi Bancakan itu.

Berbagai menu di Bancakan merupakan masakan zaman dulu yang sudah jarang ditemukan, seperti peda bakar, tumis rebung atau picung, gejos cabe hejo, dan pindang ikan mas. Peda bakar, misalnya, dijual Rp 5.000, gejos cabe hejo seharga Rp 4.000, dan pindang ikan mas seharga Rp 7.000.

Harga-harga itu dianggap terjangkau. Oom ingin semua kalangan hingga kelas bawah bisa menikmati menu Warung Nasi Bancakan. Menu Bancakan memang menyajikan kuliner bertema pedesaan, termasuk harga yang disesuaikan dengan kondisi di kampung.

"Tukang becak pun sebenarnya boleh datang. Bawa uang Rp 10.000 saja sudah bisa makan, tapi mereka mungkin minder melihat mobil atau motor yang parkir," ujarnya.

"Nama Bancakan yang artinya ramai-ramai dipakai karena tamu mengambil nasi lalu dicampur dengan berbagai lauk yang dikumpulkan di satu tempat. Kemudian, lauk disatukan secara bancakan atau ramai-ramai dalam piring tamu," tutur Oom.

Sebelum membuka Warung Nasi Bancakan pada tahun 2007, Oom bersama ibunya yang tinggal di Kabupaten Garut bekerja membuat makanan pesanan untuk acara hajatan. Orangtua yang punya resep turun-temurun. "Saya hanya meneruskan membuat masakan itu," paparnya.  

Rencananya, Warung Nasi Bancakan mau buka cabang, tetapi belum tahu di mana dan kapan. "Maunya di luar kota," papar Oom.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com