Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Jejak Pu Yi di Kota Terlarang

Kompas.com - 08/10/2010, 03:55 WIB

Pemandu wisata kami, Li Gezhou (36), berulang kali mengingatkan soal titik bertemu dan waktu untuk ditepati. Ia layak khawatir karena anggota rombongan yang tersesat dalam kompleks seluas itu bukan sekali dua kali terjadi, dan tentu bakal sangat merepotkan apabila terjadi lagi.

Kota Terlarang dipergunakan dari masa kekuasaan Dinasti Ming hingga akhir kekuasaan Dinasti Qing. Situs Wikipedia menyebutkan, kompleks kekaisaran yang digunakan sebagai pusat pemerintahan, tempat tinggal, dan berbagai kegiatan seremonial itu berdiri di atas lahan seluas 720.000 meter persegi.

Rakyat jelata

Disebut Kota Terlarang (The Forbidden City) karena saat digunakan selama sekitar 500 tahun lamanya itu tidak ada rakyat jelata yang boleh memasuki kompleks yang dipagari tembok setinggi sepuluh meter dan kali buatan sedalam enam meter sebagai pertahanan sebagaimana yang digunakan pada konstruksi benteng. Kota Terlarang bukanlah kota dalam artian sesungguhnya, melainkan kompleks bangunan yang terdiri atas 980 bangunan dengan 9.999 kamar dan tersebar di beberapa lokasi, yang karena keterbatasan waktu tidak sempat dikunjungi semuanya.

Namun, beberapa bagian kompleks memukau yang sempat meninggalkan kesan adalah Gate of Supreme Harmony, Six Western Palaces, dan Imperial Garden yang berada pada jalur lurus selatan ke utara. Segera setelah masuk dari pintu di sisi utara itu, sepasang mata langsung berhadapan dengan pekarangan sangat luas dengan lima buah jembatan yang tertata apik.

Patung perunggu berbentuk singa yang terdapat di depan Gate of Supreme Harmony menjadi perhatian selanjutnya. Dilanjutkan dengan The Hall of Supreme Harmony yang merupakan bangunan tertinggi dengan bagian pekarangan raksasa di kompleks tersebut dan langsung membawa ingatan pada film The Last Emperor besutan sutradara Bernardo Bertolucci pada 1997 silam.

Ingatan itu terutama pada adegan ketika Pu Yi atau Aisin-Gioro Pu Yi kecil yang merupakan kaisar terakhir China mencari-cari sumber suara jangkrik di antara pasukan dengan seragam warna kuning, merah, dan kelabu yang berlutut kepadanya. Gambaran lokasi sampai seekor jangkrik diberikan kepada Pu Yi itu memang persis aslinya, karena The Last Emperor yang memenangi sembilan Piala Oscar pada saat itu memang menjadi satu-satunya produksi film yang diizinkan untuk syuting di Kota Terlarang.

Sementara Six Western Palaces menarik karena di sinilah tempat kaisar, permaisuri, dan selir-selirnya berkumpul dan menjalani keseharian bersama. Para pengunjung bisa melihat langsung seperti apa yang disebut Palace of Eternal Longevity (Yongshougong), Palace of Universal Happines (Xianfugong), Palace for Gathering Elegance (Chuxiugong), Palace of Eternal Spring (Changchungong), Palace of the Queen Consort (Yikungong), dan Hall of the Supreme Pole (Taijidian).

Berbagai peralatan rumah tangga, dipan, mebel, dan lainnya dipertahankan dalam bentuk aslinya. Termasuk bagian lantai yang tampak cekung di sana-sininya.

Salah satu bagian menarik lain yang juga harus dikunjungi di Kota Terlarang adalah Treasure Gallery in Forbidden City yang berisikan barang-barang koleksi sejarah bernilai seni tinggi. Pengunjung bisa mengabadikan sejumlah barang koleksi di dalamnya yang kebanyakan berupa ukiran atau keterampilan tangan di atas material batu giok.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com