YOGYAKARTA, KOMPAS -
Pesta yang berlangsung tanggal 21-23 Oktober 2010 di Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, ini diselenggarakan Forum Mahasiswa Kabupaten Landak (Formakal) Yogyakarta. Yang ditampilkan adalah seni dan budaya khas suku Dayak Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah.
”Semua ditampilkan mahasiswa-mahasiswa Dayak yang sedang kuliah di Jawa,” kata Clara Pratiwi Soni, ketua panitia, seusai pembukaan pesta tersebut, Kamis (21/10). Ia menambahkan, kegiatan ini merupakan perhelatan kedelapan di Yogyakarta.
Ada beberapa hal yang cukup menarik ditampilkan dalam pesta ini. Di stan Perhimpunan Keluarga Kalimantan Salatiga (Perkasa), misalnya, ditampilkan rokok nipah, yaitu rokok asli masyarakat Dayak yang terbuat dari daun nipah kering.
Selain itu, dipamerkan pula tengkorak monyet yang telah
Bastian dari Perkasa mengatakan, tradisi membunuh monyet dan mengeringkan kepalanya ini dulunya sering dilakukan petani terhadap monyet-monyet yang merusak ladang. ”Sekarang (tradisi itu) hampir tidak ada lagi. Orang-orang sadar akan pelestarian lingkungan dan satwa,” katanya.
Hal menarik lainnya yang ditampilkan selama pesta ini adalah tato tradisi Dayak, seni patung, dan ukir-ukiran Dayak, tenunan, kerajinan manik-manik, batik, dan keramik Dayak. Ada pula seni menyumpit, upacara penyambutan tamu, dan seni menampi beras.
Bupati Landak, Kalimantan Barat, Adrianus Asia Sidot berharap dikenalnya seni dan budaya Dayak di tingkat nasional dapat mengikis rasa rendah diri dan malu banyak generasi muda suku Dayak. Rasa malu dan rendah diri ini timbul karena citra masyarakat Dayak yang dianggap terbelakang dan tertinggal.
”Generasi muda Dayak punya kecenderungan malu mengakui asalnya. Bahkan, dulu generasi muda Dayak tak berani merantau ke Pulau Jawa karena malu
Ia menambahkan, saat ini warganya yang kuliah di Yogyakarta lebih dari 1.000 orang.