Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saint Malo, Kotanya Bajak Laut

Kompas.com - 08/11/2010, 15:09 WIB

Akhirnya kami memutuskan untuk ikutan seperti turis lainnya, membeli sedikit cendera mata bagi keluarga. Apa saja yang bisa dibawa sebagai oleh-oleh? Yang utama adalah ikan sardin!! Benar kota Bretagne terkenal dengan ikan sardinnya. Ikan sardin yang disajikan dalam kemasan kaleng sangat menarik ini laris manis bukan main. Padahal harga yang ditawarkan bisa tiga kali lipat dari harga ikan sardin yang ada di supermarket biasa. Namun kemasan cantik dan katanya nih, ikan sardin dari Bretagne khususnya dari Saint Malo nikmatnya tak ada duanya.

Memang benar, toko yang menjual ikan kalengan yang saya datangi, membuat saya jadi panik! Padahal saya sama sekali tak suka ikan sardin kalengan, tapi melihat bagaimana ikan kecil-kecil ini masuk dalam kaleng berwarna-warni membuat pengunjung yang tadinya hanya melihat-lihat pastilah akan membeli barang satu atau dua kaleng karena terayu dengan tataan apik dari kaleng-kaleng cantik yang terpajang, contohnya saya ini.

Tadinya hanya mau lihat-lihat saja, yang ada keluar dari toko bukan lagi satu kaleng tapi satu kantong besar berisi kalengan sardin dan juga kalengan dari makanan laut lainnya. Dan Adam anak sulung kami pakai acara ikutan ribut ingin mencicipi ikan sardin tanpa duri khusus untuk anak-anak. Padahal selama ini setiap kali  ayahnya menawarkan ikan sardin dirinya malah menjulurkan lidah karena tak suka...

Boleh dibilang hingga jam makan siang perjalanan kami hanya diisi dengan berbelanja ria. Karena lusa kami sudah harus meninggalkan kota Bretagne maka kami pakai juga kesempatan di kota ini untuk membeli beberapa souvenir untuk keluarga dan tentunya kami sendiri. Saya membeli dua miniatur mercu suar untuk di rumah kami di Jakarta. Adam dan Bazile membeli kapal bajak laut dan yang tak ketinggalan adalah magnet khas kota sini untuk lebih meramaikan pintu lemari es kami yang sudah padat dengan magnet dari berbagai penjuru negara dan kota.

Waktu sudah menunjukan pukul satu siang. Anak-anak mulai merengek kelaparan. Satu persatu restoran kami datangi. Jangan kaget melihat harganya yang bikin kesal, mahal! Kami bermaksud untuk menikmati kerang laut yang sangat terkenal di kota Saint Malo. Di kota saya Montpellier misalnya, bila berbelanja di supermarket maka kerang laut dari kota Saint Malo inilah yang menjadi jaminan mutu. Karena rasanya sangat gurih, hanya direbus saja sudah nikmat sekali.

Tapi justru di Saint Malo ini kami kesusahan mencari makanan. Karena banyak restoran yang sudah penuh dipesan sejak pagi hari. Salah kami memang, begitu sampai harusnya memesan tempat di salah satu restoran, jadi tidak usah seperti saat itu, keliling kota hanya mencari tempat makan.

Tanpa sengaja kami melihat diujung jalan buntu sebuah papan restoran terpampang. Kami datangi, ternyata sebuah restoran kecil dengan dekorasi lucu yaitu berbagai miniatur tokoh dalam film dan komik. Dan terdapat sebuah lemari buku penuh dengan komik bacaan bagi pengunjung restoran. Nasib untung, masih terdapat tempat bagi kami dan menu yang ditawarkan tak terlalu mahal, apalagi memang saat itu menunya adalah kerang laut serta kentang goreng seperti yang kami incar sejak tadi.

Selama kami makan, terus terang kami tak bisa menyembunyikan rasa nikmat dari kerang yang masuk ke mulut kami. Hemmmmm begitu gurih..c'est très bon! (enak sekali). Anak-anak kami sampai lahap benar menyantap makan siangnya. Apalagi mereka merasa begitu nyaman berada di restoran dengan dekorasi yang menyenangkan. Dan makanan penutup yang kami pesan yaitu crepe dengan mentega gula ciri khas Bretagne, membuat acara makan siang kami menjadi sempurna.

Saking enaknya sampai saat ini saya masih ingat benar nama restoran kecil itu, yaitu Quai des Crêpes. Dan tepat di seberang restoran itu terdapat sebuah toko yang menjual mentega tradisional khas Bretagne. Di dalam toko tersebut kita bisa melihat bagaimana mereka mengolah mentega serta peralatan sejak jaman dulu terpanjang lengkap dengan informasinya, dan pengunjung tak dikenakan biaya apapun, kecuali bila membeli mentega...

Kini saatnya menyibak dari dekat kota Saint Malo. Kota ini menyandang nama dari seorang pendeta yang bernama Mac low.  Pendeta Mac Low yang kemudian menjadi uskup inilah yang membuat kota yang dulunya bernama Aleth menjadi terkenal berkat jalinan kemanusiaan. Di tahun 1944 akibat perang, kota Saint Malo mengalami kehancuran hingga 80 persen, hampir seluruhnya bisa dikatakan. Dan kemudian dibangun ulang kembali. Maka banyak yang berkata bila kota Saint Malo tak lagi asli. Biarpun boleh dibilang kota ini merupakan kota ulangan namun tak menghilangkan pesonanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com